Di cerpen “720 Hours” sangat meng-Indonesia dan kontekstual. Tentang “survivor” dan “insider”. Cerpen dibuka dengan kondisi si tokoh “aku” yang sudah tersesat di hutan. Adrenalin saya sebagai pembaca terpacu, karena penulis sangat pandai menceritakan “tokoh aku yang berkelahi dengan hutan”. Endingnya cukup mengejutkan. Ternyata tokoh “aku” itu insider – mengkhianati kesatuannya dan membocorkan penyergapan mereka terhadap kaum separatis. Rupanya dia pura-pura tersesat selama 30 hari, agar pemerintah memercayai bahwa baku-tembak antara kesatuan pasukan khusus dengan kaum separatis adalah hal biasa dalam penggrebekan padahal “tokoh aku membocorkannya.
Di dua cerpen berikutnya yaitu Suara-suara yang Datang Ketika Sendiri dan The Mystery of Amazon menarik walaupun lambat dalam alurnya. Kedua cerpen ini menyisipkan mitos “penunggu hutan”. Pesan dari kedua cerpen ini, bahwa hutan harus dijaga jangan sampai tercemar.
Ada yang membuat saya termenung lama. Cerpen “Jonah”. Tema “tersesat di hutan” tidak dimaknai oleh penulis secara fisik. Tetapi jiwa. Di cerpen ini mesti hati-hati membacanya. POV “aku” adalah “ruh” yang ingin seperti “Jonah” si merpati putih yang dalam ajaran Kristen adalah “roh kudus”. Saya rasa ini “kurang sesuai” dengan tema, walaupun cerpen ini bagus.
Terimakasih kritik dan sarannya, Bang.
Kalau ada waktu luang, mungkin bisa dibaca tulisanku, kebetulan tidak terjaring sweeper.
Aku coba mentransformasikan pengalaman dan imajinasi di dalamnya, semoga cukup menarik.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216304832869955&id=1127914776&ref=bookmarks
Antri. Saya sedang ngisi Kelas Menulis Cerpen dulu.Online. Tetap semangat.