Cerpen “Pulang” Lemah dalam konflik. Durhaka kepada Ibu, lalu “bunuh diri” ke gunung. Bertemu dengan almarhum Bapak. Dengan POV 1 (aku) terasa sekali penulisnya memiliki keterbatasan. Beberapa cerpen lainnya terasa jenis fantasi. Tidak meng-Indonesia dan terlalu banyak nonton film-film fantasi atau thriller. Sebetulny boleh saja fantasi asalkan latar belakang atau logika ceritanya bisa kita bagun, sehingga terhidar dari sebutan “plothole”.
Ada yang saya cermati dari teknik bercerita para penulis. Mereka “tidak berani” menggunakan sudut pandang tokoh (POV) orang ketiga. Jika kita mau menggali dengan cara riset, menurut data Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau yang dikenal dengan BASARNAS, tahun 2015, tercatat 12 kecelakaan pendakian terjadi yang menyebabkan 2 pendaki meninggal dunia, 4 pendaki ditemukan sakit, dan 6 pendaki ditemukan dalam keadaan selamat. Jenis kecelakaan pendakian selama tahun 2015 antara lain 8 kejadian pendaki mengalami kelemahan fisik saat mendaki, 2 kejadian pendaki tertimpa batu, 1 kejadian pendaki terperosok ke dalam jurang, dan 1 kejadian pendaki tersambar petir. Pada tahun 2016 jumlah kecelakaan pendakian meningkat menjadi 15 kasus yang menyebabkan 7 pendaki meninggal dunia, 7 pendaki ditemukan terluka, dan seorang pendaki ditemukan dalam kondisi sehat.
Terimakasih kritik dan sarannya, Bang.
Kalau ada waktu luang, mungkin bisa dibaca tulisanku, kebetulan tidak terjaring sweeper.
Aku coba mentransformasikan pengalaman dan imajinasi di dalamnya, semoga cukup menarik.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216304832869955&id=1127914776&ref=bookmarks
Antri. Saya sedang ngisi Kelas Menulis Cerpen dulu.Online. Tetap semangat.