Ketika tiba di Pantai Anyer, saya kecewa, karena tidak menemukan pantai yang bebas dan liar seperti di novel BSR. Saya hanya meruntuk dan kecut dalam hati. Padahal setiap tahun saya ke Anyer. Kok bisa-bisanya mengharapkan pantai Anyer sama seperti di novel BSR yang ditulis tahun 1980-1990an.
Ringkas cerita, saya dan Zhajang akhirnya bisa mendirikan tenda di pantai Anyer (meski harus membayar tiket masuk). Ketika itu, kami berdua merasa keren dan gagah sekali. Bermalam di tenda beratapkan gugusan bintang, membiarkan wajah disapu angin laut, dan menikmati bunyi debur ombak di bibir pantai.
Fix! Waktu itu saya kena sihir novel BSR.
Dua puluh tahun sejak peristiwa di pantai itu, saya menemukan novel BSR akan difilmkan. Penasaran saya: apakah Roy akan kembali menyihir banyak orang seperti saya dulu.
Kuy, kita lihat saja.
*) Adkhilni M. Sidqi, penulis bekerja di Kementreian LuarNegeri. Foto Aad dan keluargi seaktu jadi diplomat di Kota Tua Bern (Situs Warisan Dunia UNESCO), 2018