Oleh Daniel Mahendra – CEO Penerbit Epigraf

Waktu pertama kali menamatkan ‘Roman Tetralogi Pulau Buru’ karya Pramoedya Ananta Toer, aku menghela napas panjang dan berpikir: betapa Pram laksana dewa dalam jagat sastra. Jauh di atas sana. Muskil aku menyentuhnya. Jangankan berdiskusi, bisa bertemu pun rasanya terlalu mengada-ada.

Namun, hidup memang penuh misteri. Ketika diminta mengoreksi naskah-naskah Pramoedya yang hendak terbit lagi, aku tidak saja bertemu Pram, melainkan bolak-baik ke rumahnya. Tinggal di Bojonggede selama berminggu-minggu. Pulang ke Bandung, untuk kemudian kembali lagi ke sana.

Please follow and like us:
error56
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia