Dalam pidato radionya pada 1946, Chairil Anwar membahas sejumlah sajak yang kemudian ia golongkan sebagai sajak yang –dari sisi bentuk dan isi— telah mampu melepaskan diri dari pengaruh Pujangga Baru, dan yang belum.

Dengan mudah kita mafhum bahwa saat itu Chairil Anwar sedang menggarisbawahi sesuatu yang menggembirakan dalam konteks perkembangan puisi Indonesia modern, yaitu kebaruan.

Sepanjang rentang waktu sejak pidato itu disiarkan hingga hari ini, dunia kepenyairan Indonesia mencatat kemunculan banyak nama. Sebagian seperti membeku dalam jejak para pendahulu, sebagian lainnya berhasil melahirkan bentuk dan isi baru. Dalam ikhtiar pengayaan khazanah puisi Indonesia, kebaruan akan selalu digarisbawahi sebagai sesuatu yang menggembirakan.

Please follow and like us:
error56
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia