Cara pakainya: simpan koin satu persatu sampai masuk ke lubang. Kalau sudah nggak bisa ditekan lagi per-nya berarti kapasitas udah maksimal. Cara ambilnya tekan koin dan geser dikit, begitu terus sampai koin berikutnya naik menggantikan kedudukan koin sebelumnya.
Ada stiker di bawah holder, buat dipasang di mobil supaya tetap kokoh waktu panik nyari receh. Wajah lelah pak ogah dan kang parkir sering menjadi momok menakutkan hingga terjadi semacam panick attack.
Bagian tengah itu diameternya sedikit lebih besar dibanding dua lingkaran sampingnya. Masing-masing muat untuk tujuh koin. Dikit ya? Padahal kalau jalan seharian bisa dihitung berapa kali parkir dan ketemu ‘street director’ alias pak ogah. Udah habis duluan koinnya sebelum pulang. Jika kondisinya seperti ini lebih cocok menyimpan koin parkir dalam kantong atau toples.
Celah di bawahnya bisa buat nyelipin kartu. Tapi ya nyelip dikit doang, sih, nggak efektif menurutku. Tadi sempat bongkar bautnya, karena dudukan koin yang tengah agak miring, jadi koin nggak mau keluar meski ditekan dan digeser. Kurang kerjaan beud, yak? Hahaha.
Aku gemes kalau alat yang kubeli nggak bekerja dengan baik. Kukira ada masalah dengan per, tapi ternyata alas koinnya agak terganjal. Setelah dipasang lagi bautnya ya bekerja lebih baik.
Apakah piranti ini efektif dan efisien? Ya dilihat aja kemampuan dia menyimpan koin dan kebutuhan konsumen. Tiap lubang muat tujuh koin, jika isinya seribuan semua ya cuma muat 21.000. Cukup nggak buat parkir dan Pak Ogah dalam sekali jalan pulang-pergi?
Kalau isinya maratus kayak foto itu ya kurang efektif. Bolak-balik harus isi ulang. Trus kenapa beli? Karena penasaran dengan cara kerjanya dan kupikir buatku akan praktis tinggal tekan dan geser, nggak harus nunduk-nunduk bingung atau panik cari receh.
Tias Tatanka