Sewaktu kecil, saya sesekali mengenakan topi bajak laut dan mencegat Emak atau Bapak di halaman rumah. Saya periksa tas oleh-olehnya. Saya bajak dulu oleh-olehnya. Pokoknya saya senang jika berhasil menjadi orang pertama yang mendapatkan oleh-oleh.
Di hari lain, saya sering menyendiri di Banten Utara. Membayangkan jadi Sultan Ageng Tirtayasa; dia memandangi persawahan yang membentang di hadapannya. Para petani membajak sawah dengan kerbaunya. Tapi kenapa Banten Utara masih jadi daerah miskin seperti ketika Multatuli mengabarkannya di novel Max Havelaar?
Please follow and like us: