Cara Hemat Traveling ke Luar Negeri

Sabrina mengaku sangat senang saat ia disodorkan buku “Lost In Korea” dan “Wisata Seru ke Selandia Baru” untuk ia baca karena memang selama ini ia sudah suka dengan K-pop dan serial-serial drama Korea, juga film-film seperti Lord Of The Ring, Narnia dan The Last Samurai yang menggunakan sting lokasi keindahan alam Selandia Baru sebagai latar belakang film-film tersebut yang membuat Sabrina terpesona.

“Meski sedikit membosankan di awal, karena terlalu banyak informasi, namun di pertengahan buku, catatan perjalanan Cayi dan Gelbo enak untuk dibaca,” aku Sabrina saat mengomentari buku “Lost in Korea”. Sementara saat mengomentari buku “Wisata Seru Selandia Baru” Sabrina mengatakan kita seolah-olah dibuat merasa tengah berada di Selandia Baru, karena dalam buku ini banyak sekali menampilkan foto-foto berwarna yang menunjukkan keindahan tempat-tempat dan pemandangan alam di sana.

Sementara Hilal Ahmad (Novelis dan juga Ketua FLP Banten) selaku pembedah buku “Lost in Japan” dan “Jalan-jalan Hemat ke Eropa” mengatakan sempat terbengong saat ia membaca buku “Jalan-jalan Hemat ke Europa” karena ternyata hanya dalam waktu 14 hari, sang penulis, Yudinia Venkanteswari atau yang lebih akrab disapa Riri ini bisa mengunjungi dan menjelajahi beberapa negara di Eropa yakni Amsterdam, Paris, Jerman, Norwegia, Belgia, Denmark, Belanda dan Swiss tanpa menggunakan jasa travel.

“Awalnya, ketika saya mulai membaca, jujur saya katakan saya merasa boring di awal-awal karena detail banget di prolog, tapi setelah masuk ke dalam cerita, enak banget buat dibaca walaupun dalam buku ini banyak foto yang tidak jelas lantaran buram dan sangat gelap karena mungkin ngambil fotonya pake kamera pocket atau ponsel” ungkap Hilal.

Sementara pada buku “Lost in Japan” Hilal berkomentar, judul buku ini mirip dengan judul sebuah film. Hal itu kemudian diakui oleh penulisnya sebagai trik marketing. Lebih lanjut, Hilal mengatakan bahwa buku “Lost in Japan” ini sangat enak dibaca dan informasinya sangat lengkap. “Cara penulisannya enak. gaya bercerita seperti sedang dicertakan seorang teman,” katanya. Namun Hilal sempat merasa terganggu dengan isi buku dari halaman 14-30 yang seperti yellowpages berupa tabel-tabel dan daftar kereta api di Jepang plus lengkap dengan jalur-jalurnya karena Hilal mengaku tidak begitu membutuhkannya, karena ia tidak ingin pergi ke Jepang saat ini juga. Namun jika dirinya memiliki keinginan untuk pergi ke negeri ‘Matahari Terbit’, Hilal akan membacanya. Hilal mengakui kalau buku “Lost in Japan” ini bukan saja bisa dijadikan buku saku ngebolang ke Jepang, tapi juga bisa dijadikan buku yang sangat mandraguna. “Supaya bisa lost namun tetap menyenangkan dan bertabur pengalaman.”

Dari keempat buku ini, hampir semuanya menganjurkan pada kita bahwa untuk traveling keluar negeri tidak harus dengan biaya yang super mahal. Hal itu bisa disiasati dengan cara memanfaatkan berbagai promosi-promosi diskon tiket pesawat atau bahkan mencari yang gratis. Dalam hal meminimlisir biaya, salah satu caranya bisa dengan memanfaatkan jejaring sosial pertemanan seperti couchsourfing atau menginap di hostel sebagai alternatif penginapan, dan memilih alat transportasi yang hemat saat menjelajahi negara yang kita kunjungi.

“Sebenarnya kita punya alat transportasi yang hemat bahkan gratis. Yaitu ini, kaki.” kata Riri yang mengakui motivasi utama pergi ke Eropa adalah pingin bisa melihat dan merasakan salju. Riri mengatakan, ada beberapa keuntungan jika kita menjelajahi negara yang kita kunjungi dengan berjalan kaki. Selain tentu saja menghemat anggaran, kita juga bisa berinteraksi langsung dengan warga sekitar sekaligus bisa lebih banyak mengetahui berbagai budaya di negara tersebut.

Cayi menambahkan, baginya, dengan bepergian ke luar negeri, bukan berarti dirinya tidak cinta tanah air, “Justru pada saat traveling ke luar negeri itulah kita bisa sambil memperkenalkan budaya Indonesia ke orang luar,” kata Cayi. Memperkenalkan budaya Indonesia dengan cara apa? “Saya sengaja membawa souvenir berupa gantungan kunci bermotif batik, untuk saya berikan pada orang-orang yang saya temui di sana, sambil mengatakan ‘ini loh souvenir batik asli dari Indonesia. Dari Indonesia ya, bukan dari negeri tetangga’,” cerita Cayi sambil tertawa. Cayi kemudian bercerita bahwa dirinya sudah memiliki mimpi ingin pergi ke Jepang itu sejak ia kecil, saat ia menonton kartun Doraemon.

Di akhir acara, Fitra mengatakan bahwa banyak cara agar kita bisa traveling ke luar negeri. Bisa dengan cara memanfaatkan waktu saat kita ditempatkan kerja di luar negeri, seperti pengalaman dirinya, bisa dengan cara mengikuti berbagai beasiswa untuk study di luar negeri, bisa dengan cara mengikuti berbagai perlombaan yang berhadiah jalan-jalan keluar negeri atau bahkan juga bisa memanfaatkan keahlian kita sebagai seorang penulis. “Bagi kalian yang hobi menulis teruslah menulis, karena menulis itu juga bisa dijadikan jalan untuk kita bisa traveling ke luar negeri,” tutup Fitra pada para peserta diskusi bedah buku.

*) Poetry Karatan adalah peserta Kelas Menulis Rumah Dunia angkatan 19

Please follow and like us:
error18
fb-share-icon0
Tweet 5

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)