Matinya Dunia Sastra

Penulis Acep Iwan Saidi
Penerbit Pilar Media, 2006
280 Halaman

Poejangga Baroe
Balai Pustaka
Chairil Anwar
Lekra
Lesbumi
Angkatan 66
Taufiq Ismail
Iwan Simatupang
Polemik Kebudayaan
Pramoedya
Ahmad Tohari
Sapardi Djoko Damono
Budi Darma
Sutardji Calzoum Bachri
Kematian HB Jassin


Marga T
Mira W
Eddy D Iskandar
Teguh Esha
Arswendo Atmowiloto
Remy Silado
Hilman Hariwijaya Lupus
Leila S Chudori


Politik Sastra
Puisi gelap
Ayu Utami
Oka Rusmini
Dee
Habiburrahman El shirazy
Clara Ng
Hasan Aspahani
Helvy Tiana Rosa


Andrea Hirata
Asma Nadia
Ahmad Fuadi
Eka Kurniawan
Benny Arnas
Raditya Dika
CyberSastra
Puisi Essay
Komunitas Sastra
Platform digital
?

Masih dalam rangka beres-beres Gong Library di area Museum Literasi Gol A Gong. Saya menemukan buku ini. Pernah baca? Buku ini bagus untuk menambah wawasan.

Tapi sastra menurut saya tidak mati. Bahkan pengarangnya. Ada orang-orang yang menganut paham Roland Barthes, bahwa penulis sudah mati saat menulis. Tapi kenyataannya kita tetap saja tidak mau mati. Bahkan ketika kita dikritik, kita sering keluar dari teks. Kita sering memarahi orang yang mengkritik karya kita.

Terhadap sastra, kita terlalu banyak tuntutannya. Menurut saya, biarkan sastra tumbuh di sebuah taman. Kita nikmati bunganya. Dalam setiap rantingnya akan ada bunga, kemudian berbuah.

Kita tentu tidak akan sanggup memakan semua buahnya. Tapi ambil dan berikan kepada yang kira-kira kita anggap membutuhkannya.

Sastra itu tidak bisa memuaskan semua orang, karena sastra bukan pemuas nafsu.
Tetap semangat menulis, bahkan yang sering dianggap tulisan “sampah”.

Gol A Gong


Please follow and like us:
error37
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia