Ya, bagaimana kita menilai kerja keras pelatih Douglas? Siapa yang menduga jika James “Buster” Douglas berhasil meng-KO Mike Tyson pada 11 Februari 1990 di Tokyo Dome, Jepang? Tidak ada seorang pun.
Lalu si penceramah mengatakan, “Itu karena campur tangan Allah.” Kita tidak boleh sombong. Penceramah menegaskan lagi, “Lebih baik kita selalu menganggap lemah di hadapan Allah.” Si penceramah mengutip surat Ali Imran ayat ke-26:
“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Allah SWT berkuasa untuk mencabut jabatan seorang pemimpin, kekuasaan pejaat, dan singgasana seseorang seperti Mike Tyson. Maka kita sungguh tidak pantas menyombongkan diri dengan kekuasaannya.
Di hadapan Tyson, kita harus selalu lemah? Ternyata Douglas tidak. Douglas terinspirasi dari nasihat ibunya. Sebelum pertarungan maut itu – Douglas sempat terjungkal kena pukulan Tyson lalu bangkit bertarung lagi, ibunya meninggal dunia. Sedangkan Tyson diajak Bobby Brown – penyanyi, berpesta gila dengan dua lusin perempuan Jepang.
Saya jadi teringat ketika tiba-tiba Perpusnas RI menunjuk saya melanjutkan perjuangan Tantowi Yahya, Andi F Noya, dan Najwa Shihab sebagai Duta Baca Indonesia. Siapa yang menduga? Saya sendiri tidak. Tapi itulah kuasa Allah SWT.
Antara ikhtiar dan do’a. Barangkali itu yang membedakan Tyson dan Douglas sebelum bertanding. Di dalam ilmu kesehatan Tyson justru lalai dengan kesehatannya. Tyson malah begadang dan pesta sehingga saat bertarung dengan Douglas yang segar dan bugar kewalahan.
Saya pernah jadi atlet badminton. Jika besok bertanding kemudian malamya kurang tidur makan jangan harap bisa fit. Memang mengandalkan strategi lawan bisa teratasi, tapi jika lawannya bugar, jangan harap bisa menang. *
Gol A Gong
56
0
5
