Literasi Keluarga: Ketika Bercermin, Aku Baru Sadar Berlengan Satu

Jadi ridho Allah itu ridho orang tua, betul sekali. Di olahraga Badminton, saya bersaing dengan pebulutangkis berlengan dua. Saya pemain kedua di SMA jika ada pertndingan antar sekolah. Saat di FASA UNPAD Bandung pun, saya tim kampus dan single pertama. untuk atlet cacat, saya pernah menyabet 3 emas untuk single, double, dan beregu badminton di Fespic Games (sekarang Asian Para Games), Solo, 1985. Di Kobe, Jepang (1989) menyabet 2 emas untuk double dan beregu, serta 1 perunggu untuk single badminton. Berarti sudah 5 kali menerek bendera merah putih lebih tinggi dari bendera negara lain.

Kebiasaan membacanya membawa saya ke dunia menulis. Hingga hari ini sudah sekitar 125 buku saya tulis; novel, parenting, antologi cerpen dan puisi, serta how to. Beberapa novel sudah disinetronkan. Januari 2021 ini ini, novel serialku yang berjudul Balada Si Roy.

Saya sangat berterima kasih kepada Bapak yang menempa saya jadi manusia realistis. Bapak mengajarkan sayabagaimana caranya saya hidup di natara orang-orang yang bertubuh sempurna. Kata Bapak, “Kamu harus hebat karena di Indonesia ini bukan pada apa yang dikatakan, tapi pada siapa yang mengatakan.

Sedangkan Emak di sisi spiritualitasnya; saya harus banyak bersyukur. Emak selalu mengingatkan, jangan melihat ke atas, tapi lihatlah ke bawah. Dengan cara ini saya jadi bersemnagat dalam hidup. Tubuh saya sehat karena rajin berolharaga. Wawasan saya luas akibat dari kebiasaan membaca.

Ya, saya jadi lupa kalau saya ini berlengan satu. Kadang saat kemping atau kongkow, teman-teman sering memberi saya gitar, gantian memainkan gitar. Setelah cara bermain gitar saya tidak bagus, barulah mereka sadar kalau saya ini berlengan satu.

Dan saya biasanya baru sadar berlengan satu ketika bercermin. Saya perhatikan tubuh saya! Oh, tangan saya satu! Saat itu saya mewanti-wanti agar tahu diri dan baik dalam bersikap. Pesan Emak, “Kamu harus meninggalkan kesan baik sebagai orang cacat kepada orang-orang.”

Tapi, ya itu tadi! Kalau sudah tidak bercermin, saya lupa bahwa saya cacat! (Gol A Gong)