Kami sampai di camp 165 pukul 12.30 WIB, aku dan Bang Salam langsung menghampiri Pak Taufik—pengelola kampoeng 165 yang sedang memasak. Pak Taufik menjelaskan kapasitas kamar dan menu makanan yang disediakan.
Melihat Pak Taufik yang sedang sibuk memasak, Bang Salam bertanya untuk siapa makanan yang sedang dimasak. Ternyata makanan yang sedang disiapkan itu untuk Pak H. Embay.
Bang Salam mengajakku untuk menghampiri Pak H. Embay yang baru saja bangun tidur. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan tokoh pendiri Provinsi Banten itu. Pak H. Embay juga penasehat sekaligus donatur Rumah Dunia.
Pak H. Embay tidak asing dengan wajah Bang Salam dan tahu kalau kami dari Rumah Dunia. Kami menjelaskan bahwa tanggal 24-25 September 2022 Rumah Dunia akan menyelengarakan acara Camp Literasi Rumah Dunia di kampoeng 165 ini.
Aku dan Bang Salam diajak makan bareng oleh Pak H. Embay dan membahas soal dasyatnya ciptakan Allah. Bagaimana Allah menciptakan alam semesta berserta seisinya.
“Kalau kita memikirkan ciptakan Allah yang dasyat, bagaimana dengan yang menciptakannya? Manusia itu gak ada yang bisa bikin air, Allah yang menciptakan langsung,” kata Pak H. Embay.
Aku merasa ini adalah ngaji alam bersama Pak H. Embay, membahas hal-hal yang dekat dengan kehidupan manusia dan menjadikan itu sebagai bukti keesaan Allah.
“Jadi di sini konsep saya tafakur dan tadabbur. Ketika kita melihat pemandangan indah, harusnya kita memuji yang menciptakannya. Makanya saya sering bercanda sama Gol A Gong, kalau Gol A Gong Rumah Dunia, saya Rumah Akhirat, karena saya mengingatkan ke sana,” Kata Pak H. Embay diselingi tawa kecil.
Pak H. Embay juga cerita soal kampoeng 165 yang dulunya terjadi penebangan pohon oleh masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Tahun 2005 saya datang ke sini sudah terjadi penebangan pohon. Saya memberikan solusi kepada masyarakat membuat ini. Masyarakat yang mengelola, makanya kalau ke sini gak boleh bawa makanan dari luar, supaya orang sini kerja,” Kenangnya sambil menyantap makanan.
Satu jam lebih kami berbincang dan banyak pelajaran yang aku dapat dari obrolan ekslusif bersama Pak H. Embay. Komitmennya menjaga alam perlu kita tiru dengan hal yang bisa kita lakukan saat ini.
Aku merasa bersyukur bisa makan, ngaji alam dan menikmati kampoeng 165 bersama Pak H. Embay. Terimakasih Pak H. Embay atas pelajaran berharga yang diberikan. Semoga menjadi amal jariah. Aamiin. *