
“Novel ini terinspirasi dari orang-orang sukses. Dari anak miskin, anak yatim piatu yang punya tekad keyakinan untuk memperbaiki kualitas hidup.

Lewat novel ini saya ingin mengajak pembaca agar memiliki mental yang kuat untuk maju bersama, bergandengan tangan tanpa memandang ras, suku dan agama, demi menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa Indonesia,” kata Fachrudin, Senin (10/10/2022).
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tangerang ini menjelaskan bahwa novelnya berkisah tentang perjuangan seorang anak bernama Yusuf, yang kemudian menjadi nelayan.

“Yusuf ini ingin maju seperti orang-orang yang ada di sekitarnya. Sejak umur tujuh tahun ia jadi kuli bakul ikan. Hingga suatu hari Yusuf diajak melaut mencari ikan. Di tengah laut, kapal yang ia tumpangi diterjang ombak besar hingga kapal itu pecah. Tapi Yusuf selamat dan terdampar di Lampung, kemudian ia merantau ke Jakarta dan menjadi guru ngaji di masjid Tanah Abang, hingga kemudian ia diangkat jadi anak seorang bos konveksi bernama Ibu Konita, gara-gara Yusuf menolong si ibu dari rampok,” kata Fachrudin.
Tapi cerita tidak berhenti sampai di situ, Fachrudin melanjutkan bahwa nanti masih banyak kisah-kisah menarik tentang Yusuf dalam mengarungi kehidupan. Juga kisah cinta Yusuf dengan perempuan beda agama dan juga cita-cita Yusuf yang ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak.

“Intinya novel ini memotivasi gerakan moral, untuk menghantarkan pemikiran cerdas kepada para pemuda, bahwa kemiskinan bukanlah sebuah penghalang untuk sebuah kemajuan. Bahwa anak kampug yang miskin juga bisa merubah nasibnya jadi orang punya, ketika ia mau terus bekerja dan berusaha tak kenal lelah,” jelas Fachrudin yang punya hobi membaca dan olahraga ini.
Saat ditanya proses kreatif Fachrudin dalam merampungkan novel ini, ia mengaku menulis novel “From Zero To Hero: Semua kan Tunduk pada Sebuah Cinta” sekitar dua tahun. Waktu menulisnya diakui Fachrudin kebanyakan pada malam hari dan juga pada waktu-waktu luang yang ia miliki.
Lalu apa arti membaca bagi Fachrudin? “Membaca itu jendela dunia. Bagi saya, bangsa yang maju, adalah bangsa yang harus banyak membaca. Karena dalam Al-Quran juga sudah disebutkan, Iqro: bacalah. Karena ilmu itu lebih mahal dari harta,” pungkasnya. *

