JANGAN MINUM AIR KOPI
Puisi Gol A Gong
Setiap pagi di meja makan
Bapak bertengkar dengan Emak
soal secangkir kopi
boleh kuminum atau tidak
itu disebabkan masih balita
“Kita berdosa pada petani kopi. Kita
bukan tengkulak,” Bapak menyeduh teh.
“Lagi pula ngopi bukan tradisi.”
Terlalu jauh Bapak memikirkan
kopi berarti kemelaratan
Emak berbeda cara pandang
warung tetangga dimakmurkan
“Kakekmu dikirim Belanda. Membuka
kebun kopi di seribu bukit,” Bapak masih
menyeduh teh. “Hingga kini tak ada pusaranya.”
Ternyata Bapak punya alasan
panjang kali lebar kebun kopi
sampailah pada panen biji kopi
selain Kakek tak ditemukan
petani pun tak merasakan
Kubuktikan kebenaran
ratusan bulan kuseduh kopi plastikan
hingga kopi luwak harum kotoran
terasa apa yang Bapak resahkan
kenapa kutak boleh minum kopi
karena di cangkir ada air mata kopi
“Pernahkah kau rasakan
Secangkir kopi di lidah terasa asin?”
Bapak tak boleh lagi meminum teh.
Kini tak ada lagi ribut di meja makan
karena Bapak telah berpulang
Emak kini kesepian
aku minum cappuccino sendirian
*) Serang, 20 Maret 2008