repost @buku_dhe
Untuk buku ini, aku tak hanya sebagai pembaca tapi juga sebagai pemeriksa aksara. Jadi, aku sudah membaca buku ke-126 Gol A Gong ini sebelum diterbitkan.
Di bab awal, aku dibuat tergelak oleh polah Heri, nama kecil Gol A Gong. Itu anak kayaknya buandelnya gak ketulungan. Di usia sekolah dasar saja dia sudah mengalami celaka berkali-kali. Termasuk yang membuatnya kehilangan lengan kirinya. Gong sendiri mengakui itu sebagai “ada gangguan di kepala saya”.
Tapi barangkali ya, memang demikianlah garis hidupnya. Dengan keterbatasan yang dimilikinya, Gong justru menyimpan lebih banyak mimpi, lebih mengembangkan imajinasi. Dalam hal ini sang bapak memberikan peran yang signifikan. Bapak adalah tokoh favoritku dalam kisah hidup Gol A Gong. Ia yang menyodori Gong dengan banyak buku, membekalinya soal membangun kepercayaan diri, menyodorkan alternatif-alternatif yang bisa diambil Gong dalam menyiasati ketidaklengkapan tubuhnya.