
“The Journey” (Penerbit Maximalis Salamadani, Bandung, 2008) karangan Gol A Gong, mengisahkan perjalanan Gol A Gong menyusuri bumi Asia; dari Serawak, Malaysia, Thailand, Laos, Bangladesh, India, Nepal, dan Pakistan. Juga perjalanan spiritualnya. Buku ini juga ibarat sebuah proses perjalanan hidup kita yang panjang menuju perhentian abadi di sisi-Nya.

Gong menulis ini dengan segala macam perasaan beraduk jadi satu. Dia mengetik memakai laptop Andi, lelaki yang menikahi adik perempuanku, sambil berdiri di rumah sakit, di sebuah ruangan paviliun bernama Arafah, kamar 6, RSUD Serang. Ayahnya sedang sakaratul maut – tidak sadarkan diri, hingga akhirnya meninggal pada 17 Desember 2007.

Ruangan ini termasuk mewah untuk ukuran rumah sakit di Kota Serang. Tarifnya sehari mencapai Rp. 700.000,-, plus obat dan dokter. Untung ayah Gong yang guru memiliki kartu askes, sehingga mendapat potongan.

Sambil mengetik, sesekali Gong melihat ke ayahnya, berbaring tak berdaya. Sejak Jumat, 7 Desember 2007, ayahnya terbaring. Di hari pertama, ayahnya masih sempat bercanda dengan terbata-bata, “Kontrak di rumah sakit hanya lima hari.”
Tapi 10 hari kemudian, ayah Gong wafat. Alfatehah untuk ayah Gong.
