Saat itu sedih rasanya melihat beberapa orang yang kukenal berjalan ke sana-sini mencari utangan. Pada akhirnya aku harus memaklumi dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan sekitar.

Seiring waktu dan kondisi perekonomian dunia yang makin keras persaingannya, kejulidan itu pupus dengan sendirinya. Semakin luas permakluman terhadap kondisi ekonomi warga, jadi yang nggak menyumbang ya pada akhirnya nggak apa-apa.

Sama seperti acara Rebo Wekasan ini, sebenarnya intinya bagus, berdoa demi kebaikan bersama. Animo masyarakat untuk mengikutinya juga masih besar, apalagi ini tradisi turun-temurun. Ditambah lagi apa pun sumbangan dari warga diterima, dan sifatnya tidak memaksa.

Tidak ada lagi keharusan menyediakan berkat paket lengkap nasi, lauk pauk, dan makanan ringan. Teteh asistenku pun cuma menyumbang bacang seperti di foto ini untuk diserahkan ke masjid.

Tinggal aku yang kecipratan rezeki mencicipinya perlu menambahkan lauk dan sayur sebagai teman si bacang. Jadi aku bikin sayur bening ceplok telur dan teri bumbu merah. Tentu saja tidak ada rasa pedas karena hubby menghindari itu.

Masya Allah, tabarakallah. Allahumma baarik ‘alaih 🤲

Please follow and like us:
error56
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia