Sebenarnya aku juga agak takut menegur, takut menyalakan keributan, takut ada yang merekam dan memviralkan, takut orang mengenaliku dan memanggil, takut kemudian membicarakan insiden antre ini.
Banyak sekali ketakutan yang kemudian aku taklukkan dengan satu pikiran: bodo amat. Aku meyakinkan diriku bahwa tidak salah menegur, toh aku bicara baik-baik.
Aku kembali sibuk cari tiket online di ponselku dan memilih makanan, sehingga hanya mengangguk mendengar si suami yang masih menyisakan permintaan maaf. Kupikir sudahlah, masalah sudah beres, jangan dilama-lamain.
Ingin aku berkata padanya, “Ah, suwi!” *)
Tapi aku takut akan terdengar sebagai, “Asuw!” **)
Begitulah kejadian intro sebelum menonton film Budi Pekerti. Begitulah kenapa aku menghayati peran Sha Ine, sebab dari antrean yang diserobot itulah film ini bermula.
Note:
*) Artinya ‘Ah, lama!’ dalam bahasa Jawa.
**) Ini ungkapan yang jadi konflik awal film, bukan berarti aku misuh-misuh ya ges ya. Haduuh, mulutku ini kujaga agar kata-kata yang keluar senantiasa indah.