Mungkin karena rajin berolahraga, enerjiku berlebih. Aku sering diajak traveling keliling Banten, naik motor vespa bersama Bapak. Juga diperbolehkan traveling lebih jauh lagi, keliling Jawa barat, Jawa, dan Indonesia. Kondisi tangan kiriku yang buntung tidak menjadi persoalan bagi Bapak. Rasa ingin tahuku yang besar dan keinginanku meraih cita-cita jadi orang sukses terwujud, berkat kerja kerasku berlatih badminton, membaca buku, dan mendengarkan dongeng,
Prestasi lainnya, aku tim badminton di SMA jika ada Pekan Olahraga Pelajar, bersaing dengan yang berlengan dua. Prestasi badmintonku di Pekan Olahraga Penyandang Cacat se Indonesia (1985 – 89) selalu nomor satu, bahkan di Asian Para Games di Solo (dulu Fespic Games, 1986) menyabet 3 emas badminton (single, double, dan beregu. Kemudian di Kobe, Jepang (1990) single putra juara ketiga, double dan beregu tetap medali emas.
Sejak bekerja di RCTI, 1996-2028, aku gantung aket. Hal bodoh yang aku lakukan. Mestinya hobi badmintonku diteruskan jadi sekadar hobi untuk ekadr berkeringat. Sekarang aku sedang merencanakan untuk kembali rajin berolahraga, minimal 30 menit/hari.
Gol A Gong