Beliau mendengarkan dengan tekun, tapi tanpa ketawa. Padahal aku terpingkal-pingkal membaca ulang. Jadi beliau mengapresiasi bininya yang antusias membaca, tapi menganggap bacaanku kurang lucu. Aku tahu sih, sebabnya.
Meski gaya membaca sudah kumirip-miripkan dengan konten kreator itu, tetap saja logat orang Jawa ngomong Sunda itu kedengaran geli buat hubby. Meureun kitu.
Ya gakpapalah beliau nggak ketawa, yang penting akunya masih ketawa-ketawa baca buku ini. Meskipun secara alur sering dibuat terdistraksi dengan canda yang nggak penting, tapi tetap saja menghibur.
Hanya saja ketika aku ricek ke akun X-nya, akun infowatir ini sudah lama ngga posting. Entah kenapa karena aku pun nggak mengikuti akunnya. Sama seperti buku ini, entah masih ada di toko daring atau luring, yang ini pun bertahun 2014, cetakan kelima.
Meski terbit sepuluh tahun lalu, masih bisalah dibaca buat hiburan, atau sumber bahan “bersyandhaa” sama ayang. Seperti yang satu ini: Ada gula ada semut, atulaaa… saya imut. Hahaha.