Teater Rakaat yang menjadi penampil puncak dalam agenda menampilkan sebuah karya dari penulis muda bernama Jovan Kleden, yang berkisah tentang sebuah mimpi dari anak-anak pesisir tentang masa depan yang tercerabut.
Masih bolehkah anak nelayan memiliki mimpi tentang masa depan yang ia harapkan? Atau harapan -harapan mereka harus kandas oleh keinginan orang tua.
Pementasan dimulai dari beberapa pemain memasuki area depan panggung dengan membawa simbol simbol aktivitas nelayan seperti menyuluh ( mencari ikan saat air surut ), membenarkan jaring juga aktivitas lainnya .
Cerita mengalir begitu indah, narasi narasi yang indah dari penulis naskah Jovan Kleden mampu diterjemahkan dengan baik oleh sutradara muda Ano Bana, yang turut bermain dalam pertunjukan tersebut sebagai ayah dari peran utama .
Kisah yang satire namun menjadi kegelisahan bersama yang jarang diungkap karena hal tabu atau lainnya coba dibongkar oleh Teater Rakaat, yaitu bolehkah seorang anak memiliki masa depan, hal yang terasa dekat dengan kehidupan sekitar Postoh dan Kampung Baru yang mana warganya banyak menjadi nelayan dan pendidikan belum menjadi prioritas .