
Di suatu sore yang murung, aku berjalan pelan menuju rumah seorang rekan relawan di Rumah Dunia, Miftah Rahmet. Hari itu, suasana begitu berbeda. Kehilangan menggantung di udara, tebal dan berat seperti kabut di pagi buta. Di pelataran rumah, kulihat sekelompok orang berkumpul, wajah-wajah mereka penuh dengan duka. Rekanku berdiri di tengah, matanya merah dan sembab. Ayahnya baru saja berpulang.

Please follow and like us:
Halaman: 1 2