KOPI TUBRUK
Puisi Gol A Gong
Selalu setiap aku ke Surabaya
bertamu ke rumahmu di gang Paneleh
masih saja jas merah itu menggantung
ternyata kita sudah melupakanmu
di warung kopi di ujung gang rumahmu
ketika kuseduh kopi pahit rakyatmu
dalam pengembaraanku kali ini
di hari kelahiranmu pagi tadi
ingin kutanyakan kepadamu
: pernahkah merasakan cappuccino?
Julukanmu Putra Sang Fajar, aku tahu
itu sebabnya aku mengejarmu ke timur
menikmati cahayamu di pinggiran jalan
dengan secangkir kopi plastikan
: pernahkah merasakan espresso?
Aku tahu kopi tubruk kegemaranmu
dimasak mendidih sepanci airmata rakyatmu
dituang ke cangkir seng pisang rebus
bermaksud menjadi simbol kebangkitan
: cappuccino-espresso menggantikannya!
*) Surabaya 1 Juni 2012
Sekarang, mulai 6 Juni 2024, dengan berat hati, saya harus menyetop kebiasaan minum kopi (tubruk), karena jantung lelaki umur 60 tahun sudah tidak kuat.