
Dipilah. Dipilih. Yang terpilih, kita do’akan amanah dan tidak korupsi. Begitulah sekarang yang terjadi di bumi ulama, Banten. Baliho bakal calon gubernur, bupati, dna walikota bertebaran di jalan protokol, tikungan jalan, bahkan di atas bak sampah. Pokoknya di mana ada ruang, di situ ada usaha.

Saa pikir, itu adalah ikhtiar dari setiap warga. Hak politik. Kita yang kritis menyebutnya “sampah visual”. Timses mengatakan, “Itu sosialisasi”. Di alam demokrasi ini, politik memang sering diidentian dengan “transaksional”. Padahal banyak juga niat baik di sana.

Sebagai warga yang baik, kita ikuti prosesnya. Kita pilih sesuai dengan hati-nurni kita. Kita cermati jejak rekamnya. Kiprahnya. Apakah bakal calon ini “akan melakukan ini-itu jika terpilih” atau “saya suda melakukan dan akan lebih baik lagi jika terpilih”.

Ya, Baliho di mana-mana. Di kampung dan di kota. Di jalan dan di pagar. Di pohon dan di selokan. Baliho kadang sedap di pandang mata, kadang bikin mangkel di hati. Baliho pilihanmu, yang mana?
Gol A Gong
