Puisi menjadi salah satu media refleksi atas pengalaman pribadi. Maka, menjadi penting bagi
saya untuk mengembangkan montase-montase sentimental tentang masa pendidikan
tinggi—yang biasanya hanya menghabiskan sekitar empat tahun umur kita—yang telah
berhasil saya lalui lewat puisi.
Tak cukup sampai di situ; puisi bagi saya tak hanya jadi kertas basah yang ketumpahan berbagai keluh kesah. Dapatkah puisi dibaca dan diresapi sampai ke tulang-tulang oleh para pembaca? Dapatkah puisi dengan kaidah-kaidahnya itu (ditambah dengan keeksklusifan pengalaman penulisnya) menyentuh orang lain sebagaimana kita disentuhnya entah oleh siapa? Barangkali lewat puisi-puisi ini saya hanya ingin mencoba mendobrak kaidah-kaidah penelitian, bahwa kita semua sedang menempuh pembelajaran tingkat tinggi: kita semua sedang belajar hidup, dan saya sedang melakukannya lewat puisi.
Muhammad Gibrant Aryoseno