Yang pertama dan yang selalu menjadi utama. Saya ungkapkan rasa syukur atas limpahan kata indah yang timbul dari rasa cinta kepada Tuhan yang maha esa, dan detak yang masih di jagaNya hingga saya dapat tetap menorehkan puisi-puisi di atas kertas hingga saat ini. Bagi saya, puisi adalah kata-kata yang tumbuh dari hati. Bagaikan sebuah ledakan dari ragamnya perasaaan yang menggerakan diri ini untuk menumpahkanya dalam bentuk huruf dan kata. Maka sejatinya apa yang datang dari hati, hati jualah yang akan menjadi tujuanya. Semoga beberapa puisi sederhana saya ini mampu menggerakan dan mengenang dalam sanubari para pembaca.
Puisi yang saya tulis kali ini adalah puisi yang lahir dari realita kehidupan yang berbeda-beda. Lima puisi dengan lima kondisi yang mungkin terlihat sama-sama tentang derita hidup di dalamnya. Saya akan bahas satu persatu pada lembar pengantar in. Puisi pertama saya”Payung Kertas” adalah puisi yang saya ciptakan dari sebuah realita hidup. Tentu bukan hanya realita beberapa, namun banyak orang pastinya. Realita yang terjadi kepada saudara kita yang kesulitan dalam hal ekonomi hingga berujung sulit jua pada pendidikan anak-anaknya. Sebuah puisi yang menggambarkan perjuangan para orang tua untuk menyekolahkan anaknya dengan kondisi ekonomi keluarga yang sangat mengkhawatirkan hinga rela berhutang sana-sini. Bukankah ini sudah menjadi isu lama yang tak berkesudahan di negara kita?