Oleh Gol A Gong

Kali ini saya ingin menulis emakku untuk tokoh kita. Saya terlempar ke peristiwa ketika saya bangun dari operasi yang panjang pada Oktober 1974, betapa kaget melihat tangan kiri yang sebatas sikut diperban. Spontan saya berteriak, “Emak! Tangah Heri, kok, buntung? Panjang lagi nggak?”

Umur saya masih 10 tahun, Oktober 1974, ketika jatuh dari pohon, salah penanganan oleh dukun urut, kemudian harus diamputasi di CBZ, Jakarta. “Tangan Heri panjang lagi nggak, Emak?”

Emak menjawab, “Panjang lagi.” Sejak itu, saya di kelas 4 SD, setiap bangun tidur di pagi hari, selalu mengukur tangan kiri. Kok, tidak panjang-panjang. Saat itu juga, setiap hari, saya selalu menanyakan kepada Emak, “Kok, tangan Heri nggak panjang-panjang?”

Please follow and like us:
error56
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia