
Cak Lontong pernah berkelakar, “Di perempatan jalan lampu merah kita tungguin. Eh, pas hijau, ditinggalin.” Fenomena melanggar rambu lalulintas ini menarik. Kamu sering melanggarnya? Nikmati puisinya.

RAMBU LALULINTAS
1.
Pagi ini kau sudah langsung belok kiri. Senyumku diganti kampanye walikota. Kau berebut trotoar dengan pedagang kaki lima. Harapanmu menerobos perempatan jalan. Pak polisi akan menghitung isi sakumu.
2.
Tanda āSā disilang, telah kau pindahkan ketika malaikat tertidur. Pengusaha berebut makan dengan pengemis. Kau tahu, tak boleh berbohong di belokan itu. Akibatnya Tuhan tak mau datang ke kota kita. Kiai pun enggan mendoakan.
3.
Kau harus antri beli tiket. Dilarang mendahului orangtua. KTP-mu memalsukan kejujuran. Lihat, hatimu ada di tong sampah. Di sana tidak boleh berbuat mesum. Kau memilih berdamai di gedung dewan. Rambu-rambu kau bongkar, berganti dengan perempuan jalanan.
4.
Tak ada lagi yang perlu ditutupi. Surat tilang sudah dibakar. Kota kita tak memiliki jenis kelamin.
*) Serang, 11/1/2016

