Oleh: Rowan

Tepat malam Jum’at, rembulan gagah di atas kepala. Suara-suara terdengar dari bertabrakannya daun-daun di antara pohon-pohon beringin. Terlihat lima orang bersimpuh dengan kepala yang  bergoyang-goyang. Satu orang lagi menyalakan dupa di atas tanah makam keramat. Tahrim  Subuh terdengar. Kelima orang itu menyudahi ritualnya.  

“Selalu kuulangi. Selalu. Bahwa ini adalah rahasia kita, jangan sampai ada yang tahu kalau ini  adalah makan keramat.” Kata Toni, sambil membersihkan tanah-tanah di celananya.  

“Hei, Jono, jangan lupa kau tabur kembang tujuh warna di atas makam itu sebelum kita pulang!”  Jana berseru.  

“Kita akan kaya Dan. Kita akan kaya.” Dadang tersenyum-senyum senang. Dani pun demikian.  Tiga hari kemudian, Toni menghubungi sahabat karibnya untuk berkumpul. 

Penting. Tidak ada boleh yang tidak datang. Di rumahku, sekarang!” Pesan singkat itu  melayang menuju satelit, hanya butuh waktu sekian detik, pesan itu sampai di Handphone teman-temannya (sekaligus anak buahnya). 

Please follow and like us:
error64
fb-share-icon0
Tweet 5