Sejak 2017 hingga sekarang, November 2024, setiap Safari Literasi aku gemar menggunakan sarung, kemeja batik atau etnik buatan isteri, ikat kepala atau topi laken, dan kadang syaal. Saya kira itulah pakaian kebesarannku. Anggap saja itu dresscode.
Soal sarung, tentu selain terkait ke tradisi sarungan negeri ini, perut saya juga semakin buncit. Dengan sarung, jadi terasa plong. Saya memborong sarung murah-meriah sartu lusin di Pasar Rawu, Kota Serang. Mulai dari warna hitam, putih, merah, biru, hijau, coklat, setiap warna dua buah.
Kemejanya dibuatkan istri. Setiap saya pulang memberi pelatihan dari sebuah daerah, selalu ada oleh-oleh batik dari daerah tersebut. Tias Tatanka membuat disainnya. Saya senang memakainya. Bagaimana 2021 nanti? Masihkah drresscode-nya batik dan sarung? (Gol A Gong)