Ya, Bapak mendoktrinku seperti itu. Bangun pagi harus diawali dengan senyuman sambil mengucap syukur kepada Allah SWT karena sudah dihidupkan lagi, diberi umur lagi di hari baru. Tentu setelah akjtivitas keagamaan – salat subuh bagi yang Islam, Bapak menajak saya dan adik laki-laki lari pagi ke alun-alun kota.
Selepas berolahraga, mandi, kemudian kami sekeluarga sarapan di meja makan. Sarapanya nasi goreng dan telur diiris kecil-kecil untuk kami berlima. Jika ada rezeki, tahu dan tempe. Kami dipersilakan untuk mengutarakan keinginan masing-masing. Bapak-Emak mengingatkan kami untuk memiliki cita-cita setinggi mungkin.
Bapak menegaskan, sarapan itu penting karena kita akan beraktivitas seharian. Dan mengawali hari dengan senyuman dan sarapan, hingga hari ini terbawa terus. Saya dan istri mengadopsi metode itu kepada keempat anak kami. (Gol A Gong)