Apa yang ada di pikiranmu ketika melihat menara masjid? Tempat orang mengumandangkan adzan – memanggili umat untuk salat? Begitukah?
Puisi Gol A Gong
MENARA MASJID
Kabar itu datang tiba-tiba, terbawa angin kering, ketika bunga sukun di pinggir sungai berjatuhan. Kotaku telah berurai air mata, di sepenggal kisah masa lalu yang usang.
Tak ada lagi anggun lagu tanah jawara. Kita sibuk menyusun upacara, lupa memahat epitaph di batu nisan. Dari menara masjid, aku tidak melihat cakrawala, “Siapa yang berduka?” Suara asing dari langit mengikuti deras air mata.
Kita berpesta di ladang-ladang, memikul tonggak dinding. Batu-bata kau susun dengan doa, cerobong ekonomi dunia. Menjadi saudagar kain sutra, tak ada suara merdu mengaji.
“Menara masjid masih mengumandangkan namaku?” Suara dari langit, masih berurai air mata.
Ombak bergemuruh, perahu gelisah jala tak bersisa. Laut rindu berpasir, ikan menjauhi muara. Rinduku pada nyiur melambai, menara masjid menjulang kesepian.
*) Banten sepertiga malam 23/2/2017