Pendakian Hari Kedua (Summit Attack!)
Kami bangun sekitar pukul 3 dini hari. Banyak orang sudah mulai berlalu-lalang di luar tenda. Setelah sarapan dan berkemas secukupnya, kami mulai mendaki lagi. Namun aku tertimpa sedikit kemalangan, aku tidak menemukan trekking pole-ku. Seingatku, tongkat itu ada di luar tenda karena aku lupa memasukkannya.
Besar kemungkinan tongkatku itu diambil orang. Bagaimana mungkin? Aku tidak pernah kepikiran bahwa orang bisa maling di gunung. Duh.. aku sebenarnya tidak kebayang akan ke puncak tanpa bantuan tongkat tapi aku tidak mau menghambat teman-temanku.
Akhirnya aku putuskan untuk lanjut dengan batang kayu pendek saja sebagai pegangan. Kakiku yang awalnya terasa sakit dan pegal perlahan jadi baik-baik saja ketika aku pakai berjalan lagi. Aku bisa melangkahi rute yang sangat menanjak dan batu-batuan yang terjal. Aku merasa jauh lebih bersemangat, beban yang kami bawa naik juga tidak berat karena sebagian besar tersimpan di tenda.
Ada momen ketika aku dan Kak Budi salah mengambil jalur. Syukurnya Kak Budi ini adalah pendaki berpengalaman, yang artinya dia bisa mengatasi situasi ini dengan tenang. Awalnya aku tidak terlalu khawatir karena kami masih bisa berbalik arah tapi ternyata jalurnya sangat terjal untuk dituruni. Beberapa orang pendaki di jalur lain sibuk meneriaki kami agar kembali ke jalur yang benar. Syukurnya kami berhasil kembali dengan selamat dan bertemu teman-teman kami yang lain.
Kami akhirnya disambut jalur yang sepenuhnya batuan. Cukup mudah untuk dilalui hanya saja dingin makin menusuk. Berhenti sebentar saja akan membuat badan menggigil. Aku sempat berjalan seorang diri, karena jalur sudah lapang dan cukup aman. Aku ternyata melihat tikus dan juga penanda titik Simpang Jodoh.
Akhirnya kami sampai di puncak pertama. Kalau tidak salah itu disebut Puncak Bayangan di ketinggian sekitar 3.000-an mdpl. Salah satu teman kami tidak bisa melanjutkan perjalanan karena sudah menggigil sekali. Demi keselamatan, dia akhirnya diantar baik oleh Kak Budi dan yang lainnya akan dipandu Kak Liong.
Ingat apa yang aku katakan? Memiliki rekan pendakian yang tepat adalah hal yang vital. Kak Budi dan Kak Liong yang bertindak sebagai leader dan sweeper di rombongan ini. Mereka yang memastikan bahwa perjalanan kami aman dengan memimpin di depan dan melindungi paling belakang. Sedikit tidaknya mereka sudah mengenal medan pendakian dan bisa mengambil keputusan dengan kondisi yang tak terduga. Serta yang paling penting adalah kami harus saling melindungi selama pendakian.
Langkah demi langkah.. Akhirnya kami sampai di Puncak Sejati, 3142 mdpl!
Hal pertama yang aku pikirkan adalah betapa bersyukurnya aku karena semesta ternyata berpihak pada doa kami. Badai yang jadi kekhawatiran sejak di base camp benar-benar reda dan cuaca sangat bersahabat. Aku terharu sekali dan tak henti-hentinya kagum pada keberuntungan yang kami rasakan.
Perjalanan kami diganjar dengan hal yang amat luar biasa. Melihat kawah yang begitu besar dengan mentari yang pelan-pelan menyelinap di antara awan dan kabut. Aku diliputi perasaan senang hingga lelah di tubuh jadi tak kentara. Kami semua bergembira, begitu juga si anjing Milo yang menarik perhatian para pendaki lain. Banyak yang ingin berfoto dengannya karena dia memang lucu sekali.
Setelah mengambil foto sepuasnya dan sedikit berkontemplasi di atap Bali, kami memutuskan untuk segera turun sebelum matahari semakin di atas. Aku kembali dengan perasaan gembira sambil sesekali memunguti sampah plastik untuk dibawa turun.
Perjalanan turun berjalan lancar, meski aku terjatuh berkali-kali karena alas sandalku licin. Aku memang melepas sepatu karena kuku kakiku terasa sakit. Bukan cuma aku, teman-teman perempuan yang lain juga mengeluhkan hal sama dan sempat terjatuh pula. Meski sangat lelah, kaki kami rasanya sudah otomatis melangkah karena terlalu lunglai dan sulit direm.Â
Kami akhirnya berkumpul lagi di area Pura Pengubengan pukul 6 sore. Kami segera pulang masing-masing dengan kenangan dan juga basa-basi soal pendakian berikutnya. Gunung Agung memang begitu menakjubkan tapi bisa menyelesaikan pendakian ini bersama-sama adalah hal paling mengesankan lainnya. Aku harap bisa berjumpa dengan mereka lagi di petualangan berikutnya.
Tentang Penulis:
Intan Sri Rahayu, seorang perempuan kelahiran Bali. Gemar menjelajahi berbagai hobi dan hal baru. Kini tengah merawat kembali kegemarannya menulis.Â
TRAVELING setip hari Jumat. Nah, kamu punya cerita traveling? Tidak selalu harus keluar negeri, boleh juga city tour di kota sendiri atau kota lain masih di Indonesia. Antara 1000-1500 kata. Jangan lupa transportasi ke lokasi, kulinernya, penginapannya, biayanya tulis, ya. Traveling di luar negeri juga oke. Fotonya 5-7 buah bagus tuh. Ada honoarium Rp. 100.000. Kirim ke email gongtravelling@gmail.com dan golagongkreatif@gmail.com dengan subjek: traveling.