Orang Serang pasti tahu Kemang Pusri. Tahun 1980-an, itu batas Kota Serang di sini. Patokannya pemakaman umum. Mobil yang masuk ke jalan kecil itu, biasanya pejabat di Kemang Pusri. Sewaktu SMP-SMA, saya suka pawai obor jika memperingati Hari Pramuka (14 Agustus) dan HUT RI. Saya juga suka jogging, masuknya lewat Kebon Kubil-Bhayangkara.
Nah, tahun 1990-an mulai ada Komplek Hegar Alam. Terus bergerak, sawah-sawah berganti dengan bangunan kos-kosan. Tahun 1998, saya berdomisili di sini dan membangun Rumah Dunia. Sejak itulah, jalan ini jadi vital, sibuk, sering macet Hamir semua orang yang hendak ke luar Kota Serang masuk ke Pintu Tol Serang Timur dari arah Cipocok, masuk lewa Kebon Kubil-Bhayangkara, melewati Rumah Dunia, Kampung Ciloang, Kesuren, dan Pusri.
Nah, di daerah ini mulai ada aroma bahaya. Untuk perlintasan kereta api sudah diberi palang pintu. Tapi lepas dari Pusri, perlintasan kereta, kuburan, stop. Jalan protokol Jendral Sudirman. Kendaraan dari arah Pusri harus berhenti, karena kendaraan dari arah kanan – Patung, Pakupatan, rata-rata dengan kecepatan tinggi. Sangat berbahaya bagi semua.
Orang-orang yang hendak ke pintu tol Serang Timur harus memotong diagonal. Saya pernah menyampaikan hal ini ke Pemkot Serang, agar dipasang lampu kedip kuning. Atau kalau perlu lampu merah-ijo saja serta buatkan zebra cross. Kasihan juga orang-orang yang jalan kaki hendak menyeberang. Kehadiran tukang ojek pangkalan dan Pak Ogah, sangat membantu. Mereka dengan heroik berdiri di tengah, pasang badan. Kendaraan dari arah Patung-Pakupatan terpaksa mengerem.
Di era Budi-Agis ini, semoga hal kecil ini diperhatikan. Sebelum jatuh korban. Dulu Hasan Basri, anggota DPRD Kota Serang pernah datang ke lokasi, meninjau “zona maut” ini. Tapi belum ada tindak lanjut dari Dinas Perhubungan.
Tim GoKreaf