Tentu berbeda. Jika turis itu tinggal duduk nyaman, jika traveler jauh-jauh hari melakukan riset yang serius. Ini penting. Sebelum saya traveling, riset pustaka saya lakukan, yaitu banyak baca dan berkunjung ke perpustakaan. Atau banyak bertanya di perjalanan. Sekarang enak, tinggal bawa handphone dan tanya Google. Itulah yang membedakan turis (tanya Google) dan traveler (tanya orang).
Turis mendatangi tempat-tempat wisata yang sudah ada di daftar menu – istilahnya checklist. Cenderung mencari kenyamanan, menikmati destinasi yang sudah terkenal, dan mengandalkan teknologi modern seperti Google untuk mendapatkan informasi.
Kalau traveler, dia mencarinya sendiri (hidden gem bahasa kids zaman now). Kalau traveler itu jadi banyak kawan baru di perjalanan. Dia memang menginginkan berinteraksi dengan banyak orang. Lebih terlibat secara langsung dalam memahami tempat yang dikunjungi, melalui riset pustaka, bertanya kepada orang-orang lokal, dan mengeksplorasi hal-hal di luar jalur mainstream.Perjalanan seorang traveler adalah pengalaman belajar yang penuh eksplorasi dan interaksi.
Saya ambil contoh sewaktu di Singapura. Saya masukkan HP ke daypack. Saya bertanya kepada orang-orang. Ini semacam social experiment, kata Gen Z.
“Apakah rambu-rambu yang ada di ruang publik ini tidak cukup memberikan informasi kepada kamu?” begitu tanya warga Singapura.
Baca juga: Catatan pejalanan “Membaca Koran Pagii di Singapura” oleh Gol A Gong.
Saya jawab, “Kalau saya melakukan itu, misalnya Google maps, kemudian membaca papan-papan petunjuk, saya tidak akan pernah mendapatkan pengalaman berbicara dengan warga Singapura seperti kamu. Suaranya yang merdu, juga sikapnya yang ramah.”
Warga Singapura itu tercengang. Lalu dia mengangguk-aangguk dan memberikan informasi yang saya butuhkan.
Tapi jadi turis tidak jelek. Jadi traveler juga bukan hal istimewa. Itu semua soal selera. Paling penting di sini adalah kita ke luar dari rumah mensyukuri hidup dengan menikmati alam ciptaan Allah SWT. Traveling dengan cara apapun itu melaksanakan perintah Tuhan. Kamu, bagaimana?
Gol A Gong