Saya sungguh terkejut. saat itu pula saya disodorkan realitas oleh Perpusnas RI, bahwa 1 buku ditunggu 90 orang. Saya bertanya, apakah tidak ada anggaran? Ternyata jawabannya: tidak ada penulisnya. Saya diminta untuk memperpendek jarak itu jadi 1 buku ditunggu 30 orang. Jumlah penduduk Indonesia sekitar 270 juta waktu itu. Tidak ada penulisnya?
Dipikir-pikir, betul juga. Sangat tidak masuk akal jumlah penulis yang sedikit itu, terutama penulis best seller jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia. Tidak ada 1000 orang! Apalagi selain best seller, kemudian juga difilmkan. Saya patut bersyukur, karena termasuk dari penulis best seller dan difilmkan. Novel saya yang berjudul Balada Si Roy (Gramedia) best seller dan filmnya (IDN Pictures) tayang awal 2023 di bioskop seluruh Indonesia dan kini bisa dinikmati di Prime Video.
Menyadari fenomena itu, kemudian sebagai Duta Baca Indonesia, dibantu asisten, saya berkolaborasi dengan komunitas, meluncurkan program unggulan: Gerakan Indonesia Menulis. Saya blusukan ke mana-mana dari Sabang hingga Merauke dengan bendera “Safari Literasi”. Orang-orang mulai dari anak SD, SMP, SMA, mahasiswa, hingga guru dan dosen sangat gembira belajar menulis.
Saya bekerjasama dengan SIP Publishing sudah memberi pelatihan menulis novel, cerpen, fiksi mini, kisah inspiratis, dan travel writing sepanjng 2021-2024. Tugas mereka sudah diterbitkan jadi 150 buku antologi. Bersama Perpusnas Press juga menerbitkan puluhan buku mulai dari konten lokal, kisah inspiraif, dan travel writing.
Pada 2023 berhembus kabar menggembirakan. Perpusnas RI menyodorkan angka bahwa 1 buku kini ditunggu 11 orang. Ini luar biasa walaupun dari segi kualitas tulisan harus ditingkatkan. Terutama para Duta Baca Daerah yang masih menganggap, bahwa keterampilan menulis itu bukan pekerjaan utama tapi mereka lebih mementingkan pada kampanye membacanya.