Oleh: Naufal Nabilludin
Semakin tinggi ekspektasi, semakin dalam pula rasa kecewa yang kita rasakan ketika kenyataan tidak sesuai harapan.
Filosofi Stoikisme, seperti yang dijelaskan dalam buku Filosofi Teras, menawarkan pandangan menarik soal ekspektasi. Bagi para penganut Stoik, bukan sekadar penting untuk tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, tetapi mereka mengajarkan untuk mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.
Sederhananya, Stoikisme mengajak kita untuk tidak hanya mengurangi ekspektasi, tetapi untuk berekspektasi pada yang terburuk.
Berekspektasi pada yang Terburuk: Sebuah Persiapan Mental
Mengekspektasikan yang terburuk bukan berarti kita harus hidup dalam ketakutan atau pesimisme, tetapi lebih sebagai cara untuk mempersiapkan diri secara mental. Dengan cara ini, kita tidak akan terlalu terkejut atau kecewa ketika kenyataan ternyata tidak sesuai dengan harapan kita. Bahkan, jika hal buruk yang kita bayangkan benar-benar terjadi, kita sudah siap menghadapi dan menerima kenyataan tersebut dengan lebih tenang.
Misalnya, bayangkan kamu sedang menunggu hasil wawancara kerja untuk sebuah posisi yang sangat kamu inginkan. Dalam pandangan Stoik, kamu sebaiknya tidak terlalu berharap bahwa kamu pasti diterima, karena ekspektasi tersebut bisa berujung pada kekecewaan yang lebih dalam jika kenyataan tidak sesuai dengan harapanmu.
Sebaliknya, kamu harus mempersiapkan diri seolah-olah kegagalan adalah kemungkinan terbesar. Kamu bisa menyiapkan rencana alternatif, seperti mencari peluang kerja lain atau memperbaiki keterampilan untuk wawancara berikutnya.
Jika ternyata kamu diterima kerja, rasa syukur dan kebahagiaanmu akan jauh lebih besar karena kenyataan jauh lebih baik daripada yang kamu ekspektasikan. Sebaliknya, jika kamu gagal, kamu tidak akan terlalu kecewa karena sudah mempersiapkan alternatif dan menerima kenyataan dengan lebih tenang.
berekspektasi pada yang terburuk membuat kita lebih siap dan lebih kuat dalam menghadapi kenyataan apapun.
Fokus pada Proses, Bukan Hasil
Dengan berekspektasi pada kemungkinan terburuk, kita lebih fokus pada proses daripada pada hasil. Hasil adalah sesuatu yang di luar kendali kita, sedangkan proses adalah apa yang bisa kita kontrol. Fokus pada proses, berusaha semaksimal mungkin, tanpa terikat pada hasil akhir, adalah inti dari filosofi Stoik. Hal ini membantu kita untuk tetap tenang dan bersyukur, terlepas dari apakah hasilnya sesuai harapan atau tidak.
Marcus Aurelius, salah satu filsuf Stoik terbesar, dalam Meditations mengajarkan kita untuk mempersiapkan diri menghadapi hari dengan pikiran yang realistis. Setiap pagi, dia mengingatkan dirinya sendiri dengan kalimat seperti:
“Today I shall be meeting with interference, ingratitude, insolence, disloyalty, ill-will, and selfishness—all of them due to the offenders’ ignorance of what is good or evil.”
Dengan cara ini, Marcus Aurelius siap menghadapi segala tantangan dan gangguan yang mungkin muncul di sepanjang hari. Kesiapan mental ini sangat penting untuk mengelola emosi kita, terutama emosi negatif seperti frustrasi atau kekecewaan.
Menghadapi Ketidakpastian dengan Tenang
Menerima kenyataan dan mempersiapkan diri untuk yang terburuk bukan berarti kita pasrah atau tidak berusaha. Itu adalah sikap yang berbeda. Dalam Stoikisme, kita tetap harus berusaha semaksimal mungkin dalam hal-hal yang bisa kita kontrol.
Apa yang kita lakukan dengan sebaik-baiknya adalah apa yang terpenting, sedangkan hasil akhir adalah hal yang berada di luar kendali kita. Dengan menanggapi hidup seperti ini, kita tidak hanya mengurangi rasa kecewa, tetapi juga memperkuat ketenangan batin kita.
Epictetus, filsuf Stoik lainnya, pernah mengatakan:
Don’t demand that things happen as you wish, but wish that they happen as they do happen, and you will go on well.
Filosofi ini mengajarkan kita untuk tidak terlalu keras pada diri sendiri atau pada dunia. Kita tidak bisa mengendalikan semua hal, tetapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita merespons setiap kejadian. Jika kita dapat menerima segala sesuatu seperti apa adanya, maka kita akan menemukan kedamaian batin yang sejati.