
Puisi Gol A Gong
KAU MENUNGGUKU
Jalan setapak itu sudah ada sejak dulu
daun jatuh menutupi tanahnya
menjadikannya subur memelihara bumi
kau selalu duduk di ujungnya
Jalan setapak itu sengaja kau sembunyikan
hanya untuk yang bisa membacanya
aku datang membawa pesanmu tadi malam
membuka perlahan satu demi satu helai daun
Kau menungguku bersama cahaya
aku tahu diujungnya ada telaga
*) Taipe, Mei 2016
Saya menulis puisi ini terinspirai dari para pekerja Indonesia di Taipe. Saya melibatkan simbol-simbol alam. Misalanya “jalan setapak” yang melambangkan perjalanan hidup para TKW dan pilihan yang diambil. Keberadaannya yang sudah ada sejak dulu menunjukkan bahwa perjalanan buruh migran ini adalah bagian dari sejarah dan pengalaman.
Kemudian “daun jatuh” yang jatuh menutupi tanah melambangkan waktu yang berlalu dan perubahan. Namun, daun-daun ini juga membuat tanah menjadi subur, menunjukkan bahwa meskipun ada kehilangan, ada juga pertumbuhan dan kehidupan baru. Sedih dahulu, bahagia kemudian. Begitulah harapan saya sebagai penuils puisi kepada buruh migran di Taiwan.
