
Saya sering mengingatkan di setiap pelatihan menulis, bahwa menyampaikan pesan baik tidak selalu harus dari tokoh baik. Tapi justru lebih menarik jika oleh tokoh antagonis. Pembaca akan diaduk emosinya. Kalau di film Batman, kita mengenal tokoh Joker, yang justru kita memiliki empati. Kita jadi ikut memahami, merasakan, dan berbagi perasaan, pikiran terhadap Joker yang ternyata korban perundungan.

Tokoh antagonis itu membuat cerita bergerak cepat. Jika kita mampu memberikan latar belakang cerita kepada tokoh antagonis itu, karakternya akan kuat. Kadang tokoh antagonis itu yang diingat pembaca. Di novel saya – Balada Si Roy, tokoh antagonis bernama Dullah sangat diingat pembaca. Bio One berhasil memerankan tokoh Dullah di film Balada Si Roy.
Menggunakan tokoh antagonis sebagai penyampai pesan dalam cerita bukan hanya inovatif, tetapi juga efektif dalam menggugah emosi dan pemikiran pembaca. Dengan memberikan kedalaman dan latar belakang pada karakter-karakter ini, penulis dapat menciptakan narasi yang lebih kaya dan berkesan. Jika Anda ingin mendiskusikan lebih lanjut tentang karakter atau teknik penulisan lainnya, silakan beri tahu!

Jadi point pentingnya, tokoh antagonis menciptakan konflik yang menjadi inti dari cerita. Tanpa antagonis, cerita bisa terasa datar. Ketegangan yang dihasilkan dari interaksi antara protagonis dan antagonis membuat alur cerita lebih dinamis dan menarik. Bagaimana, mau dicoba?
Gol A Gong

