
Seorang penulis seperti saya memang selalu terganggu dengan peristiwa di sekeliling. Terutama yang berhubungan atas-bawah, majikan-jongos, pejabat-rakyat, ulama-jamaah atau yang hierarki lainnya. Ketika potongan video Gus Miftah yang sedang mencandai pedagang es teh asongan di sebuah acara menjadi viral karena mengatakan “goblok”. Kemudian saya menulis puisi di bawah ini:


Puisi Gol A Gong
PANGGUNG
: untuk Gus Miftah dan kawan-kawan
Di dunia ini ada panggung.
siapa saja yang datang belajar
harus berani naik ke panggung
mempertunjukkan sesuatu.
Orang hebat berdiri di panggung
dia berada di ketinggian
bisa melihat ke mana saja
memperbaiki yang salah
membenarkan yang semestinya
Panggung bisa membuat kita kecil
membuat kita besar
orang-orang melihat kagum
tapi panggung bisa membuat orang
lupa diri
jumawa
panggung yang kita bangun
roboh sendiri
*) Serang 4 Desember 2024

Saya dengar Gus Miftah sudah meminta maaf dan kabarnya pedagang es teh keliling itu ketiban berkah. Ada yang memberinya rezeki dengan memberangkatkan dia umroh- semoga bukan hoaks. Allahu Akbar. Semoga Gus Miftah juga tidak khilaf lagi, tahu di mana tempanya jika hendak bercanda sebagai tokoh masyarakat.



Akhir kata, puisi ini saya hadiahkan tidak hanya untuk Gus Miftah saja, tapi untuk semua orang yang sering naik panggung – termasuk saya. Puisi ini adalah refleksi tentang peran dan tanggung jawab manusia di masyarakat. Saya ingin mengajak semua orang untuk merenungkan bagaimana kita memanfaatkan “panggung” kita, apakah untuk kebaikan atau untuk kesombongan. Janganlah panggung dijadikan tempat untuk mengolok-olok orang di bawahnya dengan alasan apapun.
Gol A Gong
