
Oleh: Hamzah Sutisna
Pada 22 November 2024 lalu, saya membersamai BEM FTIK Universitas Cendekia Abditama di acara Training of Trainer (ToT), membahas terkait Antropologi Kampus dan Budaya yang ada di kampus tersebut.
Di awal saya sampaikan bagaimana sebuah kontruksi dan miniatur kampus itu bisa kita pelajari, salah satu caranya dengan memahami konsep antropologi dan organisasi secara komprehensif.

Sebagai mahasiswa, perjalanan di kampus bukan hanya tentang menyelesaikan tugas akademik, tetapi juga bagaimana kita tumbuh menjadi individu yang siap menghadapi tantangan masyarakat. Salah satu wadah yang memberikan ruang untuk itu adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Dalam konteks ini, saya memandang BEM sebagai organisasi yang berperan signifikan dalam membentuk karakter seorang mahasiswa.
Pertama, BEM adalah laboratorium kepemimpinan. Di organisasi ini, kita tidak hanya belajar memimpin, tetapi juga dipimpin. Proses ini melatih kemampuan mendengarkan, memahami, dan mengambil keputusan dengan bijak. Setiap pertemuan dan dinamika yang terjadi di BEM membentuk karakter seorang pemimpin yang tangguh, komunikatif, dan mampu beradaptasi.
Kedua, BEM menanamkan nilai keberanian dan tanggung jawab. Ketika mahasiswa menjadi bagian dari BEM, mereka menghadapi berbagai isu, baik di dalam maupun di luar kampus. Diskusi mengenai kebijakan, advokasi, hingga aksi nyata untuk menyuarakan aspirasi mahasiswa membentuk keberanian untuk berdiri dan bertindak. Namun, keberanian ini diiringi oleh tanggung jawab terhadap amanah yang diemban, baik kepada rekan sesama mahasiswa maupun masyarakat luas.

Ketiga, BEM mengajarkan kerja tim dan toleransi. Dalam tim yang heterogen, anggota BEM belajar bekerja sama dengan orang-orang dari latar belakang dan pemikiran yang berbeda. Ini bukan hal yang mudah, tetapi penting untuk membentuk karakter yang terbuka terhadap perbedaan dan mampu menyelesaikan konflik secara damai.
Keempat, BEM melatih kemampuan manajerial dan organisasi. Setiap program yang dirancang membutuhkan perencanaan, eksekusi, dan evaluasi. Mahasiswa yang terlibat secara langsung mengembangkan kemampuan manajemen waktu, pengelolaan sumber daya, dan evaluasi kerja. Ini adalah modal penting yang akan berguna dalam dunia kerja dan kehidupan bermasyarakat.
Namun, tidak semua proses ini mudah. Ada tantangan yang harus dihadapi, mulai dari keterbatasan waktu, tekanan akademik, hingga kritik dari berbagai pihak. Tetapi justru dari tantangan ini, karakter seorang mahasiswa diuji dan diperkuat.
Sebagai penutup, menurut saya, BEM adalah miniatur kehidupan nyata yang memberikan pelajaran berharga dalam membentuk karakter seorang mahasiswa. Dengan segala dinamikanya, BEM membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga matang secara emosional dan sosial. Inilah yang menjadikan pengalaman di BEM tak ternilai harganya dalam perjalanan hidup seorang mahasiswa.

