Merayakan Hujan

Dari dulu, saya sudah terpesona pada hujan yang turun. Bahkan saat pertama kali menulis puisi, saya lama mengamati hujan yang luruh, menikmatinya—dan ajaibnya hujan begitu membius. Lewat hujan ada imajinasi yang mengembara, melintasi semua terjal peristiwa. Di rintik airnya, pada petikornya yang berpantulan dengan aspal atau tanah, bunyinya kerap menggoda.

Ada banyak puisi yang tercipta lewat citraan hujan yang imagis itu, memang tak sepenuhnya mengambil fragmen hujan itu sendiri, sesekali hujan hanya berupa sampiran terhadap lingkup peristiwa yang hadir dalam beberapa puisi-puisi saya. Ia bisa membalutnya dengan pelbagai citraan lain, namun tetap melibatkan sejumlah unsur rasa dalam diri.

Demikianlah, beberapa puisi ini memang hadir dalam pelbagai perenungan/arsiran tentang hujan yang bagi saya sampai saat ini, mampu menyihir dengan sekejap ataupun berlama-lama dengannya.

Alexander Robert Nainggolan

Alexander Robert Nainggolan
HUJAN PAGI

hujan pagi
tak sempat kautulis
sebagai puisi
dan langit padam
jalanan penuh kubang
genangan rebah telanjang

tiba-tiba kangenmu mekar
entah buat siapa

hujan pagi
bayangan matahari
hanya temaram
merupa malam

kabut melintas
di matamu
berlarian
mengejar ingatan

2024

Alexander Robert Nainggolan
MATA TEDUH HUJAN

engkau adalah mata teduh hujan. yang mengurungku bertahun-tahun. lapar dalam asmara, dan aku menjelma jadi tawanan. yang kaubungkus setiap kali tepi tatapanmu menujah, sampai ke tubir dada. di teduh matamu, hari-hari meringkuk. menuju lembab tubuhmu. hingga peluh tak terkayuh. lalu percakapan hanya sekadar isyarat yang lama terkerat.
telah kutunggu engkau, bukan cuma di musim hujan. sebab lembing matamu telah runcing. menyiramiku dengan hujan yang paling kerling.

2024

Alexander Robert Nainggolan
HUJAN SENDIRI

hujan sendiri. berjatuhan pada setiap helai sepi. di daun dan jalan. engkau melangkah merenangi kota yang kehilangan cahaya. payung-payung terbuka dengan cemas. melepas waktu yang gugur tiba-tiba. ada yang tak terbaca, mungkin serpih cahaya yang murung mrnunduk hinggap di bahumu.
hujan sendiri. kota yang menyepi. bayangan angin meremas keranda sedihmu. jeritan yang tergenang. memasuki sekolan-selokan yang remang. dan gerombolan orang berjalan dengan tubuh meriang. merayakan kesedihan.

2019-2024

Alexander Robert Nainggolan
BERCAKAP DENGAN ANAK

1.
ia menyibak semua kenangan
tentang hujan atau mainan
atau buku-buku pelajaran

menunggu hari libur
singgah ke sebuah tempat
berkisah hal-hal biasa

2.
berkemaslah, sebelum tahun luruh
rekah di setiap lelah

2019-2024

Alexander Robert Nainggolan
KALENDER

ia menyobek lagi halaman kalender. waktu memucat. memberat di dadanya. orang-orang berkemas menjemput masalalu, yang pernah luruh. hanya tulisan desember, mengapung dalam sobekan. seketika ia merindukan hujan. agar awal tahun menjadi rimbun.

2022-2024

Alexander Robert Nainggolan
HUJAN MALAM

hujan malamkah yang berkisah dirimu? di genangan masalalu yang tak pernah kukuliti. namun kauhidangkan lagi, bekas luka untuk terus kucecap. hingga bonyok dan amis. namun selalu kudengar suaramu, seperti angin yang luruh. “tak bisakah kita bercakap barang sebentar tentang kita, mungkin sekelumit hal sederhana yang terlanjur lelap untuk diingat?”

hujan memang tak pernah diduga. seperti juga kedalaman hatimu. terkadang deras, sesekali menyisa dalam gerimis. bergema sepanjang tangismu yang jauh.

2018

Alexander Robert Nainggolan
PADA SEBUAH MALAM

ia tahu, tak akan ada yang selesai. apa yang dipercakapkan di ruang itu. selain hembusan nafas yang menyeka keringat di ujung kemeja. hanya monitor yang menyala, bekas hujan di pinggir trotoar. ia tak pernah sempat menyeka ingatan yang sebentar. ia tahu, mungkin akan membawa tanda tanya yang sama. bahkan saat langit telah gulita dan perempuannya menunggu di rumah. dan ia percaya, akan ada derit sepatu memasuki halaman rumah. juga engsel pintu yang dibuka. sebelum waktu lebur di tubuhnya dengan sederetan insomnia dan rambu-rambu di kepalanya. suatu hal yang memaksanya untuk tetap terjaga.

2022-2024

Alexander Robert Nainggolan
MELINTASI KARANGSETRA
– penyair acep zamzam noor

melintasi karangsetra, kota yang terbuka. bercak hujan di jalan. harum kuliner. lidah pendusta yang haus aroma rempah. dari masakan hangat berkuah. jalanan tanpa cabang. dan kata-kata berlompatan, memasuki rongga tubuhku hingga meriang. masih terbayang, pangkal renyah tawa perempuan muda. bandung yang terkurung gedung dan antrian kendaraan. sengat parfum seperti mengasah puisi-puisi berkerat.

melintasi karangsetra, udara dingin menjadi tuba. kata-kata, seperti dalam beberapa sajakmu, kembali jadi cahaya. ah, tapi bagaimana kekal kausimpan ingatan pada warna parfum, ganih rambut mengkilap sementara raung ambulance dan lonceng-lonceng berdentang memukuli sunyi terus-menerus. tanpa bisa kauputus. oh, penyair– semoga tuhan terus memberikan remah nyali yang panjang untuk tetap menulis puisi. dan tak menjelma narasi. yang hanya berbunyi di kejauhan. menempuh jenuh demi jenuh.

2018-2024

Alexander Robert Nainggolan
FRAGMEN-FRAGMEN DESEMBER

seperti angin yang panjang, desember pun luruh di muka. tak lagi bertandang, saat kau sobek kalender, terasa detik-detik berkurang. dan kota ramai dengan acara yang menawarkan kebisingan. lengking sirine, terompet atau kembang api. siapa yang punya pesta? saat januari menunggu di depan, namun tak dikabarkan dalam deras hujan. akupun melangkah lagi, menghampiri dirimu. kenangan yang terus melebar, tak bisa dituai. namun acap luput dicatat, laut yang menghunjam daratan dengan seketika, raung tangisan, jerit ketakutan yang tak sempat direkam telepon genggam.
*
ada yang berlalu. seperti kaumasuki kotak pandora besar. menampung setiap musibah dan keberuntungan yang semakin jauh.
*
selamat malam, desember!
jam 12 malam nanti, mereka meniup terompet bersama. merayakan kematianmu.

2018-2024

Alexander Robert Nainggolan
WARNA HUJAN

seperti apakah warna hujan? ketika engkau berteduh dan merampas segala lelah. lalu membiarkan kopi mendingin di meja. sementara jam terus berjalan gegas, menyeret ingatan yang tak kunjung membawkan payung untuk berlindung dari derasnya. hujan memburumu, menyeret angin dingin dan sekejap menguncimu di dalam kepala. merekam setiap jeritan atau erangan. namun kini aku hanya pantulan warna yang tak pernah selesai kautebak dengan sempurna.

sia-sia kaupilah warna hujan. dan musim-musim acap mengerut di telapakmu, menelantarkanmu pada suhu minus yang terus mengekalkan segala ingin. mendadak dingin. hanya ada sisa genangan yang terus mencari sisa ceruk, sebelum engkau takluk. membiarkan tubuhmu akan remuk di rusuk waktu. seperti apakah warna hujan?

2018-2024

TENTANG PENULIS: Alexander Robert Nainggolan (Alex R. Nainggolan) lahir di Jakarta, 16 Januari 1982. Bekerja sebagai staf Unit Pengelola Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (UPPMPTSP) Kota Adm. Jakarta Barat. Menyelesaikan studi di FE Unila jurusan Manajemen. Tulisan berupa cerpen, puisi, esai, tinjauan buku terpublikasi di media cetak dan online. Bukunya yang telah terbit Rumah Malam di Mata Ibu (kumpulan cerpen, Penerbit Pensil 324 Jakarta, 2012), Sajak yang Tak Selesai (kumpulan puisi, Nulis Buku, 2012), Kitab Kemungkinan (kumpulan cerpen, Nulis Buku, 2012), Silsilah Kata (kumpulan puisi, Penerbit basabasi, 2016), Dua Pekan Kesunyian (kumpulan puisi, Penerbit JBS, 2023), Fragmen-fragmen bagi Sayyidina Muhammad (kumpulan puisi, Penerbit Diva Press, 2024). Facebook: alexr.nainggolan@yahoo.co.id- Alex R. Nainggolan , Email: alexr.nainggolan@gmail.com / alexr.nainggolan@yahoo.co.id, Instagram: alexrnainggolan. Kini berdomisili di Taman Royal 3 Cluster Edelweiss 10 No. 16 Kel. Poris Plawad Kec. Cipondoh Kota Tangerang Banten.

PUISI MINGGU terbit setiap hari Minggu. Silakan mengirimkan 5 hingga 10 puisi tematik. Sertakan foto diri dan gambar atau foto ilustrasi untuk mempercantik puisi-puisinya. Tulis bio narasi dan pengantar singkat. Kirimkan ke email : gongtravelling@gmail.com. Ada uang pengganti pulsa Rp 200.000,- dari Puisi Esai Network. Sertakan nomor WA dan nomor rekening banknya. Jika ingin melihat puisi-puisinya yang sudah tayang, klik banner di bawah ini:

Please follow and like us:
error69
fb-share-icon0
Tweet 5

ditulis oleh

golagong

Duta Baca Indonesia 2021-2025 - Penulis 125 buku - Motivator Menulis - Pendiri Rumah Dunia