
Berbicara Towel, saya jadi ingat pesan Bapak – sarjana kepelatihan dari FPOK Bandung. “Kalau ngomongin olahraga, jika kamu bukan pemain, jangan banyak komentar karena soal menang dan kalah, hanya pemain yang tahu dan merasakannya. Doakan dan beri semangat mereka yang berkeringat di lapangan! Itu yang mereka butuhkan, bukan komentar. Jika nanti mereka menang, kebahagiaan akan menjalar di seluruh negeri. Itu tidak akan bisa dinilai dengan uang harganya.”

Lalu Bapak yang perNah jadi Kepala Sekolah Guru Olahraga PGGRI 1980-90-an di Kota Serang, Banten, dan pernah berpartisipasi di cabor renang Asian Games IV, Jakarta 1962 bercerita bagaimana Iie Sumirat memberikan kebahagiaan sempurna ketika melibas 2 pemain raksasa dari China. Juga Rudi Hartono dkk yang menyabet juara All England ke-7 kai berturut-turut. Andai Bapak masih hidup, pasti akan ngomong: Udah, jangan banyak komentar, Towel. Nonton saja! Saya kuatir Towel digebukin pecinta sepakbola yang fanatik jika sedang berada di jalan. Jangan sampai ya dek jangan.
Baca Towel Ngeyel ketika Timnas Sepakbola Indonesia menggasak Myanmar 1-0 di Piala AFF 2024

Saya pencinta sepakbola Timnas Indonesia, berapa pun jenjang umurnya. Memang saya hanya memberi dukungan dari rumah, nonton siaran langsung di RCTI. Kadang kalau sedang bertugas sebagai Duta Baca Indonesia di daerah, saya nonton bareng di cafe jika TV di hotel TV kabel. Itu sangat menyebalkan. Sekarang hati sedang berbunga-bunga, karena Timnas kita menang atas Myanmar di Piala AFF 2024 di Yangoon, 9 Desember 2024.
Saya dan tentu semua pencinta sepakbola pasti sejak era pelatih Shin Tae-yong, permainan timnas kesayangan kita berkembang pesat dan enak ditonton. Di medsos sungguh ramai dengan potongan-potongan video timnas di Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia 2026 hingga viral. Supporter juga netizen begitu kreatif menghidangkan video timnas kita di TikTok, IG, dan FB. Enak ditonton.

Hanya saja ada duri di dalam daging, yaitu Towel alias Tommy Welly. Awalnya ketika sebelum era STY, Towel selalu muncul sebagai komentator. Tapi di era STY, komentanya tidak lagi sebagai pengamay yang ahli bola, tapi subjektivitas saa mengatakan: Towel barisan sakit hati yang beberapa media massa merawatnya untuk menaikkan rating. Tidak apa-apa, namanya juga demokrasi. Jika tidak suka, pindah channel.
Semakin ke sini, Towel makin aneh. Saya kira: iya. Selalu saja komentarnya negatif, tidak mengajak orang Indonesia untuk mendukung timnas. Komentarnya sudah bernada cemburu dan cenderung pribadi kepada STY. Sudah tidak sehat dan tidak bermutu. Terutama ketika Towel ngomong: Tuh, kan! Cuma lemparan Arhan senjatanya!” Lain waktu, “Counter attack lagi kan senjatanya!” Sialnya video tentang komentar Towel selalu lewat di beranda saya. Ah! Towel Sungguh aneh.
Gol A Gong – mantan atlet

