
Seorang penulis jika melakukan perjalanan tidak sekadar melihat, tapi dengan memaksimalkan panca inderanya pasti menemukan sesuatu untuk kemudian dituliskan jadi cerpen, esai, atau puisi. Bacalah puisi di bawah ini:
Puisi Gol A Gong
TEMBANG LEMBANG
Duduk di teras Dulang Resort
Lembang menggigit
kulihat Bandung bergegas
mematikan lampu
berkejaran dengan lenguh sapi
kuncup bakung
segar tanah merah
bukit dan dinding beton
Kucari-cari petani
di ladang sayuran
pagi masih sendirian
Tibatiba langit di kiriku
menyala
tubuhku berupa bayangan
di lantai kayu
membentur ke mushola
di atapnya tertulis
: Alun-alun Kutoharjo, Juni 1877
Aku tahu
berjuta orang sudah bersujud
di dalamnya
mengetuki pintu rumahmu
Aku masih duduk
di teras Dulang Resort
membaca-Mu lewat puisi
Bandung terhampar
dipayungi asap
berkilauan
Kau menyalakan lampu
Di belakangku
Tangkuban Perahu terbangun
*) Lembang, 1 Desember 2013

Tembang Lembang adalah perpaduan antara cinta terhadap keindahan alam dan pencarian spiritual. Puisi ini mengajak pembaca untuk berhenti sejenak, mengapresiasi keindahan sekitar, dan merenungkan hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Puisi ini menggabungkan keindahan alam, jejak sejarah, dan perenungan spiritual. Lembang digambarkan sebagai ruang yang menginspirasi untuk merenung, merefleksikan kehidupan, dan mencari makna melalui Tuhan.

