
Dalam setiap acara apapun, kita selalu menunggu kejutan. Apapun itu. Tentu itulah yang kita kenang nanti. Seperti pada Festival Puisi Esai Jakarta II, 13-14 Desember. Kejutan itu adalah saat parade pembacaan puisi esai kakak asuh dan Gen-Z yang disebut adik asuh.

Apa kejutannya? Di hari terakhir saat parade pembacaan puisi. Giliran Isbedy Stiawan ZS membacakan beberapa bait puisi esainya tentang Peristiwa berdarah Soeharto lengser pada 21 Mei 1998 di Jakarta, yang merembet ke kampus Universitas Bandar Lampung dan menewaskan Muhammad Yusuf Rizal, tiba-tiba Dzafira Adelia (13), Kelas 2 SMP Muhhamadiyah Ahmad Dahlan Metro, naik kepanggung.

Semua terkesima, karena Dzafira mampu mengimbangi Isbedy, yang ternyata ayah kandungnya. Isbedy mengaku, “Latihannya dua kali di rumah, dan sekali semalam di hotel. Dan ini yang pertama di luar Lampung dan live pula. Kalau di youtubeku sudah duet beberapa kali.”


Tambah Isbedy, “Sejak SD Dzafira acap kali meraih juara dalam ajang pembacaan puisi di Lampung dan ketika SMP kerap menyabet juara untuk lomba-lomba pembacaan puisi, diundang pembacaan puisi di event sastra dan TVRI Lampung.”

Hal mengejutkan lainnya, Dzafira ternyata sedang menyelesaikan novel. “Tapi saya belum ngasih judul,” kta Fira – sapaan akrabnya. Fira juga masih merahasiakan ceritanya. Tapi yang jelas, darah seni mneurun dari ayahnya yang dijuluki “Paus Sastra dari Lampung”.

Pembacaan puisi ayah dan anak di Festival Puisi Esai Jakarta II memberi warna, sehingga malam yang dingin di PDS HB Jassin jadi terasa hangat. “Asyik dua generasi baca puisi. Adek bagus penghayatannya. Vokalnya bening dan artikulasinya jelas dan tegas,” Anwar Putra Bayu memberi komentar.
Tim GoKreaf


