
Oleh: Muhammad Nurul Fazri
Mengapa guru diberikan tugas seberat-beratnya tapi digaji dengan nominal seadanya?
Pertanyaan di atas sering disampaikan oleh generasi milenial dan Gen-Z yang tidak mau menjadi guru. Jika tidak ada, barang kali sekelilingmu kurang peduli dengan nasib guru. Atau bisa jadi, mereka melihat guru hidupnya tenang, nyaman dan bahagia.
Tapi taukah kalian? Peran guru di sekolah tidak hanya sebatas mengajar. Ingat! Tidak hanya mengajar. Mereka harus menjadi pendidik yang setiap geraknya digugu dan ditiru. Berbagai karakter peserta didik harus mereka fahami dengan lapang dada. Bahkan, banyak drama dalam kelas yang bisa membuat guru pecah kepala, sebagai contoh perkelahian, lari-larian atau bullying.

Tidak hanya selesai di situ. Guru pun disibukkan dengan administrasi sekolah. Pahlawan tanpa jasa tersebut harus membuat rencana pembelajaran, agenda kelas, penilaian dan evaluasi siswa, laporan untuk pihak sekolah dan orang tua murid, pelatihan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan masih banyak lagi yang lainnya.
Apa kalian sudah bisa membayangkan? Jika belum terbayang, sebaiknya ambil peran menjadi seorang guru satu tahun saja. Rasakan dan nikmati sensasinya. Lantas, mengapa peran guru yang rumit tersebut hanya digaji dengan nominal yang tak seberapa. Jawabannya adalah terletak pada kepedulian, apresiasi dan rasa cinta terhadap guru. saat ini, pekerjaan “Guru” dianggap biasa saja, kalah saing dengan influencer, youtuber, selebgram dan lain sebagainya.
Guru hanya sebatas manusia pengajar, dan cukup— ia tidak bisa melakukan hal lebih diluar itu. Sehingga pandangan masyarakat, khususnya di era sekarang, guru tidak memiliki keistimewaan yang menunjang kebutuhan harian.
