
RUMAH KITA
Puisi Tias Tatanka
Aku taburkan rumput di halaman belakang
di antara pohon lengkeng dan mangga
sudah tumbuhkah bunganya?
Aku ingin menaburkan sajak di jalan setapak
menuju panggung kecil di sudut rumah
di seberang istana merpati yang tak pernah terkurung
karena aku dan kamu selalu ingin melayang jauh
melihat angkasa dan bintang-bintang
dari atap rumah kita
Aku akan ceritakan kelak
pada anak-anak tentang matahari, bulan, laut,
gunung, pelangi, sawah, bau embun, dan tanah.
Aku ajari anak-anak mengerti hijau rumput
warna bunga dan suara.
(“Rumah Kita” dalam “Bebegig”, Kumpulan Puisi 7 Penyair Serang)
***

Puisi itu ditulis Tias Tatanka di Serang, 20 Agustus 1996, sebulan setelah resmi jadi istri saya. Puisi itu kemudian menghantui saya. Pelan-pelan, apa yang Tias tulis di puisi itu, kami wujudkan sama-sama di sebidang tanah seluas 200 M2 di kampung bernama Ciloang – persis di halaman belakang rumah
Pohon lengkeng, saya tanam. Pohon mangga juga. Hanya lengkeng kemudian mati, tapi pohon mangga hingga tahun 2017 ini tetap hidup dan terus berbuah. Burung merpati kami pelihara bersama kelinci ketika Nabila (1998) dan Gabriel (1999) lahir.
Tapi kemudian ketika mereka bisa berlari-lari, burung merpati itu kami lepaskan sama-sama di halaman seluas 1000 M2, yang baru saja kami beli dari royalti sinetron “Pada-Mu Aku Bersimpuh” (Mizan, 2002) dan “Balada Si Roy” (Gramedia). Kemudian di tanah itulah, kami dan para sahabat membagun peradaban Banten baru dengan literasi, yang kini kita kenal dengan nama “Rumah Dunia”.
Puisi itulah yang menginspirasi saya untuk terus mencintai Banten apapun yang terjadi. Apalagi setelah Jordy (2004) dan Natasha lahir (2005). Kini 4 anak; Nabila, Gabriel, Jordy dan Natasha bermukim di “Rumah Kita”. Saya membayangkan “Rumah Kita” yang bermetamorfosis jadi “Rumah Dunia” diserbu oleh berbagai macam kepentingan.

Saya dan Tias harus membentengi keempat anak saya dengan lingkungan literasi yang sehat. Kami berupaya mempertahankan keberadaan “Rumah Dunia” sejak berdiri pada 1998 hingga 2012 dari hiruk-pikuk politik praktis, agar anak-anak masa depan Banten memiliki karakter yang teguh membela kebenaran. Jika pun harus memihak, yang kami bela adalah kebenaran itu sendiri.
Matahari sudah kutanam di halaman rumah. Sinarnya menerangi kami – para penghuninya yang haus perubahan. Alhamdulillah, sejak 2012, Gabriel sekolah kelas 5 SD di Al Ain, Abu Dhabi. Kini sejak 2021 hingga 2024 sekarang, Gabriel mahasiswa S1 dan kini S2 di Universitas Muhammad bin Zayed, Abu Dhabi. Sedangkan si sulung Nabila setelah lulus S1 dari FISIP Sun Yat Sen University, Ghuangzhou, bekerja di PMA China. Jordy di Akademi Film Yogyakarta (2022), dan si bungsu Natasha Sastra Korea di UPI Bandung, berharap mendapat beasiswa kuliah di Korea.
*) Serang, Feb 2023 – 22 Desember 2024

