“Pah, makan di luar, yuk,” ajak Nabila, puri pertama kami. Selulus S1 FISIP di Sun Yat Sen University, Nabila bekerja di PMA Tiongkok di Jakarta. Setiap akhir pekkan selalu menyempatkan diri pulang.
Sudah pukul 16.00 WIB. Kami bergegas; Tias, Eyang Puteri, dan Jordy – putra ketiga yang kuliah di Akademi Film Yogya – sebagai driver. Mobil meluncur ke daerah bunderan Ciceuri, Kota Serang. Terus menyusuri SMKNI 2 (dulu SMEA), dan SMKN 1 (dulu STM), melewati SGO PGRI, yang dibangun oleh Bapak.
Mobil berhenti di bangunan yang arsitekturnya minimalis. Ada tulisan “Toko Bakmi Kita”. Dulu ini sekolah yang sudah rusak. Di belakangnya ada kolam renang SGO PGRI. Bapak beberapa kali pernah meminta akses, agar murid SGO PGRI dan murid sekolah lain bisa masuk. Tapi tidak pernah ada kesepakatan.
Kolam renang yang Bapak bangun ini adalah laboratorium bagi pelajar SGO PGRI sekaligus kolam renang pendidikan bagi pelajaran olahraga. Seluruh sekolah di Kota Serang datang ke sini untuk belajar berenng. Bahkan banyak perenang yang lahir di sini untuk mewakili Kota Serang di lomba provinsi Banten atau PON.
Kembal ke Bakmi Kita. Parkiran penuh di Minggu sore ini. Kami memutar arah, memarkir di areal Rumah Laptop. Kami menyeberang jalan. Di sisi kiri Bakmi Kita bangunan Taspen. Ini namanya daerah Cijawa. Sekarang berkembang jadi wilayah bisnis.
Kami memasuki pintu kecil. Ada tulisan dilarang membawa makanan dan minuman dari lurang. Unik juga pintu masunya karena berua lorong gelap. Kalau interiornya diberi sentuhan “rumah hantu” mungkin akan menarik bagi ayah-ibu yang membawa anak-anaknya.
Kira-kira 25 meteran panjang lorongnya, pintu dibukakan oleh 2 petugas berseragam seperti security. Betapa kagetnya aku, terdengar suara riuh. Penuh. Dan memang rata-rata keluarga. Bahkan ada yang merayakan ulang tahun segala, Ruangannya kecil tapi efektif. Untung ada keluarga yang sudah selesai makan.
Ketika duduk, aku menoleh ke sin kiri. Ada tembok pembatas. Di seberangnya bangunan kolam renang SGO PGRI yang Bapak bangun. Sekarang kolam renang itu jadi persoalan karena tidak bertuan. Daryo – orang yang Bapak beri kepercayaan untuk mengurusi – meninggal di tahun lalu. Jika ada yang bertanya, siapa nama Bapak? Nama Bapak: Drs. Harris Sumantapura.
Bapak hidupnya tidak beda denganku. Selalu ditentang karena cara berpikirnya yang progresif. Bapak lebih memikirkan murid daripada organisasi. Ketika membangun SGO PGRI banyak yang menentang. Kata Bapak, “Uang dari murid harus kembali ke murid dalam bentuk sarana dan prasarana.” Karena SGO PGRI itu pelajaran utamanya olahraga, dari uang bangunan murid itulah Bapak membangun lapangan tenis dan kolam renang. Jika aku bersama istri dan sahabat, membangun Rumah Dunia.
“Pah, pesan apa?” tanya Nabila.
Ketika saya lihat menu Bakmi Kita, hampir sama dengan menu di Lintong, Pocis, Pasar Lama Serang. Selain menu andalan beragam varian bakmi, ternyata ada nasi tim. Saya memesan nasi tim dan es campur. Selama menunggu pesanan datang, Nabila menyuruhku memberikan bunga untuk Tias.
“Selamat Hari Ibu, Mamah,” kataku. “Terima kasih sudah jadi isteriku yang mengabdi dan ibu yang inspiratif bagi keempat anak kita.
Setelah pesanan tiba, selama makan pikiran saya terus ke kolam renang SGO PGRI. Semoga Bapak damai di sana.
Gol A Gong
69
0
5
