
Bagaimana saya mencari ide untuk novel atau cerpen? Sebelum Jonan jadi Direktur PT KAI, stasiun jadi tempat berburu ide cerita yang menarik. Porter, tukang nasi bungkus, tukang semir sepatu, pengemis, bahkan tukang tipu juga berseliweran. Sekarang tidak lagi.



Sekarang sudah tidak bisa lagi. Jika tidak punya tiket, jangan harap bisa masuk ke peron. Apalagi tidur di bangkunya, seperti yang pernah saya lakukan saat backpacking di era 1980-1990-an. Kalau pun sudah masuk ke peron stasiun, tidak ada apa-apa. Interaksi yang biasanya menantang, tidak ada lagi.
Di peron stasiun hanya ada cafe, orang-orang yang hendak berangkat dalam posisi duduk menunduk; mereka asik dengang dunia maya. Sepi, Kering. Ada jurang pemisah yang lebar. Saya sendiri sungkan untuk menyapa, karena kuatir mengganggu.



Biasanya jika sedang di stasiun, saya akan aktif menggunakan rumus 5W plus 1H untuk berburu dan mneemukan ide cerpen, novel, bahkan esai dan puisi. Saya akan makan nasi bungkus, memesan kopi asongan, dan menyemir sepatu sambil menggali hidup mereka. Cerpen-cerpen dan novel saya banyak yang lahir dari interaksi di stasiun. Sekarang tidak ada lagi.
Jalan keluar yang saya ambil sekarang jika sedang berada di stasiun adalah memaksimalkan panca indera mata dan telinga. Saya mengamati apa yang ada di sekeliling; saya mengambil beberapa gambar. Nanti di rumah saya amati ulang.
GG




