
Tradisi yang asik di Rumah Dunia adalah diskusi sambil gonjlengan – berarti makan bersama-sama atau bancakan. Awalnya istilah ini untuk kegiatan memasak dan makan bersama yang dilakukan oleh para peronda malam.

Gol A Gong pernah bercerita, “Ketika saya muda, biasanya setelah malam mingguan, kumpul di sebuah tempat yang ditentukan dan gonjlengan. Ayamnya ada yang nyuri entah di mana, ada yang bawa dari rumah.”
Ini memang tradisi khas di Banten, yaitu kuliner nasi gonjleng, nasi yang berbumbu rempah dan disajikan dengan daging, emping, dan acar. Daging yang digunakan untuk nasi gonjleng biasanya adalah daging kerbau, sapi, kambing, atau ayam.

Hal ini sudah jadi tradisi di Rumah Dunia . Daun digelar di lantai kemudian nasi, lauk-pauk, kerupuk, dan sambal ditebar. Relawan lelaki dan perempuan duduk sama rendah menikmati menu masakan yang mereka rancang sendiri. Lauk-pauknya apa? Tentu ayam panggang atau daging, tahu, tempe, dan ikan asin tumplek jadi satu.
Jika Gol A Gong ada, nimbrung. Mulailah celotehan diarahkan ke karya. Biasanya sambil makan itulah muncul ide-ide segar dari relawan Rumah Dunia. Kata Gol A Gong, “Siapa yang pertama kali melemparkan ide, maka wajib hukumnya jadi ketua pelaksana.”
Tim GoKreaf

